Sina pun mulai menatap ke arahnya. "Ben tidak akan pernah berteman dengan orang jahat". Ucapnya dengan jelas.Â
"Kamu memang benar-benar mempercayai Ben tapi tidak denganku. Apa kamu tahu alasannya?".
"Karena Ben tidak memiliki sesuatu hal yang mencurigakan, tidak sepertimu".
"Kamu masih belum paham juga. Apa kamu sudah siap untuk memahaminya?".
Sina terdiam sejenak. "Apa maksudmu?". Ucapnya dengan heran.Â
"Kamu menyukai Ben".
Tiba-tiba Sina pun terdiam, yang lalu mulai memalingkan wajahnya sembari sedang berpikir.Â
"Hm? Kamu tidak terlalu terkejut--
"Tentu saja aku menyukainya, mengapa kamu baru menanyakan hal itu sekarang….". Wajah Sina terlihat mulai memerah merona sembari sedang berpikir.Â
Yang tadi itu menyakitkan sekali, Sina. Setidaknya perlihatkan saja wajah malumu itu dan diam tidak mengatakan apapun. Mesa sudah membiarkan dirinya untuk menyerang dengan penuh resiko. Tidak lama setelah itu, Mesa pun mulai menyandarkan kepalanya ke belakang di atas kursi itu. "Sepertinya biar aku saja yang mengatakannya terlebih dahulu, sebelum kamu mengatakan masalahnya".Â
Sina pun mulai memandang ke arah Mesa.Â
- 1
- 2
- 3
- 4
- 5
- 6
- 7
- 8
- 9
- 10
- 11
- 12
- 13
- 14
- 15
- 16
- 17
- 18
- 19
- 20
- 21
- 22
- 23
- 24
- 25
- 26
- 27
- 28
- 29
- 30
- 31
- 32
- 33
- 34
- 35
- 36
- 37
- 38
- 39
- 40
- 41
- 42
- 43
- 44
- 45
- 46
- 47
- 48
- 49
- 50
- 51
- 52
- 53
- 54
- 55
- 56
- 57
- 58
- 59
- 60
- 61
- 62
- 63
- 64
- 65
- 66
- 67
- 68
- 69
- 70
- 71
- 72
- 73
- 74
- 75
- 76
- 77
- 78
- 79
- 80
- 81
- 82
- 83
- 84
- 85
- 86
- 87
- 88
- 89
- 90
- 91
- 92
- 93
- 94
- 95
- 96
- 97
- 98
- 99
- 100
- 101
- 102
- 103
- 104
- 105
- 106
- 107
- 108
- 109
- 110
- 111
- 112
- 113
- 114
- 115
- 116
- 117
- 118
- 119
- 120
- 121
- 122
- 123
- 124
- 125
- 126
- 127
- 128
- 129
- 130
- 131
- 132
- 133
- 134
- 135
- 136
- 137
- 138
- 139
- 140
- 141
- 142
- 143
- 144
- 145
- 146