“ahh... mas, baru juga minggu lalu” balas nindy
Dua jam sudah bayu dan nindy menghabiskan waktu berdua di cafe yang menyimpan banyak kenangan indah sewaktu SMA. Di cafe ini dulu bayu mengatakan cinta pada nindy, dan di cafe ini pula nindy memutuskan hubungan dengan bayu. Cafe yang menyimpan sejuta kenangan bersama, hampir tiap malam minggu sebelum nonton bioskop, cafe ini menjadi saksi bisu cinta kasih mereka.
---------------
Hari demi hari, esok, lusa, tulat, tubin telah mereka lalui bersama dalam sebuah cinta yang semu. Bagi bayu cinta yang ingin dia bagikan pada dua wanita masa lalu dan saat ini, namun tidak bagi nindy, yang tengah menghadapi perceraian dnegan suami yang dia nikahi dua puluh tahun lebih tua darinya. Rasanya lebih pantas disebut hubungan ayah dan anak, ketimbang suami istri. Namun apa mau dikata, jika harta dan uang lebih berkuasa dari segalanya. Berjalannya dengan waktu, uang juga yang tak mampu membeli cinta dan kebahagiaan.
Kini, nindy tengah asik bermain dengan cinta dimasa lalunya, cinta pertama, cinta yang tak pernah mudah untuk dilupakan. Begitu pun dnegan bayu, kian hari kian terperangkap kedalam sandiwara cinta dan perselingkuhan. Beruntung bagi nindy yang tidak dikaruniai anak, dengan status janda kembang tak sulit menemukan cinta dan pasangan berikutnya. Namun tidak bagi bayu, kian hari mulai kian berani bersilat lidah, dengan 1001 alasan untuk menghabiskan malam bersama nindy.
“mas... mungkinkah kita bersama lagi seperti dulu waktu?” tanya nindy pada bayu dalam pelukan erat.
“kan udah ini bersama...” balas bayu sambil mengecup kening nindy
“aku serius mas... aku ingin menggantikan posisi nita” balas nindy, sambil merebahkan kepala di pundak bayu.
“huffhh...” bayu menghela nafas, sembari menarik selimut menutupi wajahnya
“mas... jangan menghindar donk. Aku gak mau ngelepas mas untuk kedua kalinya” pinta nindy
“dulu aja kamu ninggalin, sekarang...”