Bayu hanya diam, dan meninggalkan nita sendirian di kamar. Pintu pun di tutup keras, bak angin yang menutut kencang “brrakk”. Tak ada komunikasi yang terucap diantara mereka, bayu menyibukakn diri dengan menonton berita di tv, sambil sesekali memainkan track pad di telepon genggamnya. Sementara itu, nita tengah larut bermain dengan putri kembarnya.
---------------
Keesokan harinya, bayu pergi beraktifitas di kantor seperti biasanya. Dan seperti biasanya juga, bayu makan siang dengan nindy, dan dilanjutkan dengan ngopi sore sembari makan kue ringan di sebuah cafe yang berada di mall. Kali ini bukan di blitz cafe, kebetulan nindy minta ditemani belanja pakaian di mall. Bayu tak bisa menggelak ketika nindy mengajaknya untuk makan malam, sebelum mereka akhirnya berpisah dan pulang kerumahnya masing-masing. Setibanya dirumah, bayu masih disambut hangat oleh nita dan kedua putri kembarnya.
“nggak makan malam pa?” tanya nita
“udah kenyang! Tadi makan ama kolega di luar” balas bayu
“papa mau mandi? Mama siapin anduk dan air panasnya ya...”
“gak usah ma... papa masih mau nonton tv dulu”
“papa mau mama buatin teh?”
“ma... bisa gak mama diam sebentar? Papa capek! Papa pusing! Papa butuh ketenangan”
Tak ada suara yang keluar dari bibir nita, semua niat baiknya berbuah rasa pahit, sepahit kopi yang belum di tumbuk. Nita tidak langsung meninggalkan ruang keluarga, nita mencoba mendekatkan ke dini dan dina yang kebetulan duduk bersebelahan dengan bayu.
“dini... dina... ayuk bobo. Udah malam lho.... besok kan sekolah” kata nita