“oooo.....”
Lambat laun teman-teman yang tadinya sedang bercegkrama dengan bayu mulai menyingkir, seolah memberi kesempatan untuk mereka berdua mengenang cinta lama. Tak terasa separuh waktu reuni telah dihabiskan berdua, bayu mulai menikmati kenangan lamannya, nindy seperti tak ingin lepas dari bayu. Tanpa disadari, nita dan kedua putri kembarnay menghampiri bayu.
“pa...”
“eh... kenalkan ini istriku, dan anakku”
Nindy menjabat tangan nita dengan dingin, tak terkecuali dini dan dina.
“lucu ya... anak-anak mu” saut nindy ke bayu. Belum sempat bayu menjawab, dini sudah merengek minta pulang. Waktu dua jam di tempat perkumpulan para orang tua bukan waktu yang ideal dan singkat bagi anak-anak.
“pulang pa...” sambil menarik-narik tangan bayu
“iya... ayuk nak...” balas bayu
“kita pamit dulu ya... ini kartu nama ku, kali-kali aja perlu buat urusan bisnis” kata bayu. Hati kecilnya, mungkin saja nurusan bisnis menjadi nisbis... Bayu, nita dan putri kembarnya mulai berpisah dengan nindy dan mereka mulai menyatu kembali dengan keramaian reuni hari itu... tak lama kemudian batang hidungnya nindy pun sudah tak tampak lagi dari pandangan mata bayu.
Di tengah perjalanan pulang, bayu menyetir mobil bak orang linglung dan melamun
“dari tadi mama perhatiin papa nyetirnya kayak orang bingung. Napa ?” tanya nita