“mas punya anak, yang gak mungkin mas bisa sakiti perasaannya” jelas bayu sambil memegang tangan nindy
“nindy, cinta tidak harus memiliki. Tapi biarlah kita berdua yang mengenangnya, akan lebih indah dari pada memiliki tapi justru dikemudian hari berubah menyakiti satu sama lain” jelas bayu kepada nindy
“aku kini sadar betapa sakit dan hancurnya hati mas bayu, ketika dulu aku meninggalkan mas dan menikah dengan mas budi” balas nindy
“sudah lah.... aku tidak pernah dendam dan mengunggkit atas pilihan kamu dulu...” jawab bayu
“aku yang salah... memasuki keluarga yang bukan milikku lagi” sambil menghabiskan roti sarapan pagi dan secangkir teh latte, nindy mengusap air matanya.
“ayuk kita pulang mas... nindy antar mas ke kantor”
“nindy bisa nyetir? Atau mas aja yang nyetir?”
“gak usah mas. Nindy masih sanggup”
Di tengah perjalanan menuju kantor bayu, nindy yang tak fokus menyupir mobilnya sempat beberapa kali hampir menyerempet mobil lainnya. Sesampainya di depan kantor bayu, sengaja nindy memakir mobilnya yang agak berjauhan dari pintu lobby.
“maaf mas, jika kehadiaran nindy tidaklah tepat. Nindy tadinya mau ngasih tau kabar, gak tau bagus atau justru jelek buat mas bayu”
“apa ndy?”