Ke Pusgiwa, membicarakan Hadi Juwanda dan SMUI. Juga evaluasi demonstrasi ke (kedutaan) Yugoslavia, (kedutaan) Amerika Serikat dan Departemen Sosial yang dinilai Fadli: "Tepat!"
"Apa bukan sekadar legitimasi (post factum)?" tanyaku.
Fadli menilai tidak, karena setidaknya kita mau menyuarakan sikap kita. Sedangkan tudingan banyak pihak atas ketidaktepatan demo tersebut dinilai sebagai ucapan tanpa dasar. Buktinya, mereka yang menuding itu hanya diam.
Lalu diskusi di KSM dengan Zul dan Phaon. Aku sebagai moderator yang nyatanya tidak moderat, karena turut menilai. Padahal, kupikir ini adalah dialog untuk mencapai satu kesimpulan/kesepakatan. KSM belum bisa keluar dari peraturan-peraturan yang dibuat sendiri dan mengikat anggotanya. Keilmiahan suatu forum diskusi justru dinilai dari suasana formalitas yang melingkupinya.
Zul bicara secara filosofis-teoritis, sedang Phaon praktis-empiris. Zul pantas dikagumi atas pengetahuannya yang luas dengan dimensi intelektual yang tajam.
Mungkin benar kata Kamal, "Zul lebih baik dari saya!"
Aku mempunyai image terlalu negatif atas Zul, padahal belum mengenalnya. Suatu pelajaran berharga. Satu nilai positif dari pencalonan keduanya: kemantapan pribadi, terlepas dari kalah atau menang.
****
Sejarah lokal patut dipelajari dan diteliti untuk bisa mengadakan koreksi terhadap generalisasi-generalisasi yang sering dibuat dalam sejarah nasional -- Sejarawan Filipina --.
Selasa, 10 Mei 1994
Tulisanku tentang "Suksesi dan Kendaraan Politik Mahasiswa" dikritik Karman karena kekacauan bahasa atau logikanya.