"Satu hal yang belum dilakukan di FS adalah mengembangkan potensi-potensi di masing-masing jurusan dalam satu kesatuan Sastra. Sastra adalah pintu gerbang pertama dalam memahami suatu budaya atau negara lain. Selama ini, para pemikir atau tokoh-tokoh terkenal di Perancis, cuma dikenal oleh anak Sastra Perancis. Anak jurusan lain juga berkutat dengan jurusannya. Padahal, jika digabungkan, maka Sastra akan mampu berbicara sejajar dengan fakultas favorit lainnya. Dibalik itu, Sastra akan jadi satu. Bukankah kemanusiaan itu universal? Bukankah ilmu pengetahuan itu hukum-hukumnya juga sama di masing-masing negara, kecuali interaksinya dengan kebudayaan setempat?"
Aku juga bicara dengan Taufik Kurniawan, soal kebebasanku.
"Itu lebih baik, ketimbang menjadi pemimpin, tapi mengikuti kemauan kekuasaan yang lebih besar," kata Taufik.
Di Mesjid, ketemu Subuh dan kukatakan kepadanya, "Elu jangan melakukan move-move yang terlalu kasar dan kentara. Kalau elu ingin eksis, masuklah dalam kepengurusan SMUI berikutnya, siapapun pemimpinnya."
Dia lebih mudah mengeluarkan ide-idenya, jika ada dalam struktur.
Dalam perjalanan ke Mesjid, naik mobil Deden dengan JJ Rijal. Pembicaraan sekitar Jurusan Arkeologi yang merasa bukan anak Sastra. Sebabnya, mereka tersingkir dalam pemilihan Ketua SM FSUI. Kupikir, mereka akan sangat otoriter jika ada di atas. Sebaliknya, menjadi apatis jika orang lain yang berkuasa, bahkan anarkis.
Pelantikan pengurus KSM tertunda sampai 16.00. Aku dianggap Sutana sebagai otak dari ide, "KSM akan jadi pressure group bagi SMUI!"
Dia mengatakan itu pada Bagus Hendraning. Sementara, aku bicara dengan Bagus soal Dewi (Perancis 91) dan masalah buku filsafat (Frans Magnis Suseno) yang kubaca.
"Buku itu hanya pantas dibaca kalau perut sudah kenyang dan kebutuhan terpenuhi," katanya.
Aku agak kesal dan makin memahaminya, serta konsepnya tentang kemapanan atau aktualisasi diri.
Ada dialog dengan wakil-wakil PLD KSM. Yang menarik adalah cerita Mas Ardi tentang kejayaan KSM. Dia menguasai permasalahan dan bisa diajak diskusi.