Kupikir, menulis catatan harian ini berarti aku menengok ke belakang, sehingga tanpa disadari pola pikirku juga terpengaruh pada pengulangan-pengulangan (repetisi-historis). Seharusnya, aku mengimbanginya pada persoalan-persoalan di depan yang akan kuhadapi. Sehingga akan lebih siap secara konseptual dengan referensi historis dan antisipasi prediktif. Syukurlah, aku bisa menyadarinya sekarang.
Praktis aku tidak melakukan apapun dari semalam, sampai siang ini. Hanya rutinitas pribadi dan hubungan kemanusiaan yang lumrah. Dan tak satu tugaspun kuselesaikan.
Ada konser Dave Koz Goes to Campus di Balairung, suatu kegiatan profit dengan sponsor Djarum Super. Menurut perhitunganku, minimal panitia mendapatkan keuntungan Rp 50 Juta. Pembagiannya fifty-fifty untuk SMUI-Panitia. Suatu kesempatan untuk bertatap muka dengan penyanyi dunia bagi mahasiswa dengan tiket murah, Rp. 3.500,-. Aku tidak termasuk di antara para penonton karena...rapat.
Ada dua rapat, di FS dan KSM. Aku tidak datang ke KSM, karena nonton Sastra Blues Hours sampai 16.00. Pukul 13.00 tiba di Senat.
Ada pembicaraan soal bentrokan panitia SBH dengan Panitia Pemira SM-BPM menyangkut penggunaan Teater Kolam. Seharusnya, ada kampanye lisan calon, namun sudah diisi oleh band pengiring SBH. Akhirnya, kampanye gagal. Kamal terpaksa menyelesaikan.
Aku membuka rapat pengurus inti, sebagai Sekretaris Umum Senat Mahasiswa FSUI. Yang hadir hanya Vonny, Wiwied, Ratna, Eka, Nuni dan Kamal. Pembicaraan soal LPK, sertifikat dan distribusi tugas. Dihubungi Rijal soal pengisian acara masalah-masalah sosial di Radio Teknik Club (RTC). Aku menyanggupi untuk bicara soal pendidikan.
Ngobrol santai dengan Ema di Teater Kolam, di tengah banyak anak yang nonton SBH. Akrab dan terbuka. Aku dikenalkan dengan Linda, temannya dari Bandung. Satu hal yang sudah kuprediksikan diceritakan Ema, persoalan hubungannya dengan Gatot. Ema ingin bebas dan menganggap Gatot sebagai temannya. Kalau dia 'kembali' nanti, Ema akan serius. Gatot jelas kecewa, tapi tidak bisa memaksa Ema untuk tetap pacaran dengan dia. Aku tidak punya hak untuk memarahi Ema, walau dia bilang: "Aku akan terima kalau elu memarahi!"
Karena tidak ada teman akrab untuk ngobrol, aku pulang pukul 16.00. Dapat informasi dari Wien Muldian soal kemenangan Eman secara mutlak dengan perbedaan suara menyolok, sebagai Ketua Umum SMUI, di FS. Sudah kuduga.
Minggu, 15 Mei 1994
Kembali aku ingin menulis soal pendidikan dan kembali tidak bisa, karena Tuan Is membeli cat rumah. Sampai tengah hari bekerja mengecat dan membersihkan rumah, hingga semarak dan rapi.
Sorenya membaca soal sejarah mentalitas: Freud, Marx, Weber, Spengler, etc. Merangsang intelektualitas.