"Begitupun Karman, diikut-sertakan dalam tahap-tahap akhir," kata Agung.
Kukatakan bahwa asumsi yang berkembang telah merendahkan golongan ROHIS pada tempat yang "Mempunyai orientasi kekuasaan dan menggunakan SMUI sebagai media penyebar warna kelompok (Syuro)."
"Aku tidak mempersoalkan proses awalnya. Cuma proses akhir, yaitu kemunduran Kamal telah menguatkan asumsi demikian!" kataku. Invisible hand behind Kamal.
Jawaban yang kusediakan ketika ditanyakan, apa sikapmu?
"Wait and see", dalam artian bagaimana Zul akan menempatkan orang-orang di luar kelompoknya dalam kepengurusan dan bagaimana kebijakannya dalam memecahkan masalah-masalah kemahasiswaan, atau dalam meresponse persoalan-persoalan masyarakat dan negara.
Dan sampai detik ini, aku tidak memilih. Sehingga Hendra (Koordinator Pemilu di FS -- Dia kurekomedasikan pada Rifky dan Sunu di SMUI --), bilang padaku: "Gue kejebak! Nyatanya, elu sendiri nggak memilih!"
Dan aku bersyukur, karena di FS sudah masuk suara sekitar 600 orang. Sedang di FISIP, lebih dari 200 suara (dari Subuh).
***
Bicara dengan Deni (Inggris 89) soal organisasi, kekagumannya pada aktivitasku, dan lain-lain, ketika sama-sama nonton Sastra Blues Hours. Ibu-Bapaknya ternyata orang Payakumbuh dan ceweknya gadis Minang. Pulang bareng Subuh, pukul 15.00.
Kesalahan terbesar yang kulakukan malam ini adalah tidak membaca satu lembarpun buku-buku. Waktuku habis untuk ngobrol dan nonton.
Sabtu, 14 Mei 1994