Aku mengatakan untuk bersikap netral. Namun karena aku dipandang sebagai something alias berbeda dengan mahasiswa lain, aku termasuk agenda pembicaraan dalam kelompok in depth: "Bagaimana Indra Jaya?"
"Pada saatnya, aku akan memilih," kataku.
Seharusnya mengerjakan sesuatu di perpustakaan: baca, nulis atau mendaftar buku-buku. Tapi, karena pusing, aku tidak bisa konsentrasi. Akhirnya menemani Dina makan siang -- karena aku sudah makan --, sampai 15.00. Dan go home. Tidur sampai sore. Minum bodrex.
Malamnya, aku igin menyelesaikan tugas Teori dan Metodologi, tapi Tuan Ismed datang dan menghidupkan radio untuk mendengar pertandingan Piala Uber. Sangat berisik dan bikin kesal. Akhirnya bertengkar. Soalnya, sudah beberapa kali dia tidak mengerti kesibukanku: main koa, bawa teman-temannya, dengar radio keras-keras, etc. Sampai pagi tidak menyelesaikan apapun.
Rabu, 18 Mei 1994
Melanjutkan bikin draf Teori dan Metodologi di Perpus. Pukul 11.00 kuliah Amerika: Pemerintahan Jimmy Carter. Makan di Kansas bareng Kamal dan Kholid Novianto. Ngomongin SMUI, kerancuan fungsi Ketua Umum (legislatif?) dan Ketua Harian (eksekutif?). Perlu ada revisi juklak SMUI.
Soal pembantaian Cina di Pariaman dengan sudut pandang psikologi sosial diperlukan analisa melalui wawancara orang-orang yang terlibat. Juga disaranin baca baca buku Yoshio Hirokawa: Mobilisation and Control.
Disamperin Ema yang "butuh jalan". Menemani nelpon, sementara aku bicara dengan Ibenk soal obsesinya kalau terpilih jadi Ketua SM FSUI.
"Gue optimis," katanya.
Secara panjang lebar diuraikan kekecewaan-kekecewaannya terhadap golongan hijau: Kopma yang ekslusif, musolla yang kebanjiran tanpa perhatian (FORMASI dan SM yang notabene "hijau"), dllnya.
"Kalaupun kalah di sini, gua akan bermain di tingkat atas atau di luar," tegasnya.