Hadi mencapnya sebagai "orang oportunis yang berbahaya". Dan aku masih ingat akan penerimaanku ketika dia mengajukan permohonan sebagai pengurus SM FSUI. Aku orang pertama yang menyetujui, ketika Kamal membicarakannya. Mungkin aku harus selalu konfrontatif dengan dia, dan gagasan-gagasannya.
Terlanjur basah, aku ikut Kamal, Yayan dan tim sukses Isa lainnya. Membicarakan strategi penyoblosan besok dan evaluasi hari ini. Aku mengusulkan mobilisasi D-3 sebagai prioritas dan melontarkan kekurang-koordinasian kampanye lisan hari ini.
Hari ini juga disepakati utusan SKS ke BPM: Bondan dan Pris.
Selasa, 17 Mei 1994
Pagi membaca Bernard Dahm : "Soekarno dan Perjuangan Kemerdekaan".
Pergolakan antar 2 golongan, Islam dan Komunis, menemukan sintesa dalam diri Soekarno berupa ide persatuan semua golongan dengan mengeleminir perbedaan-perbedaan untuk mencapai tujuan bersama: kemakmuran dan kebebasan dari kolonialisme. Dia berhasil merumuskan musuh bersama, yaitu Barat dengan imperealisme dan kolonialismenya.
Konflik yang ada dalam diri Soekarno, tak ubahnya seperti konflik yang kualami dalam perjalanan aktivitasku di UI, khususnya FSUI.
Satu golongan (paham) lagi yang diinternalisir Soekarno pada ide kesatuan perjuangannya adalah nasionalisme. Sampai akhir hayatnya, Soekarno masih memegang teguh prinsipnya berupa NASAKOM. Walaupun massa rakyat (dengan dukungan ABRI) menginginkan, bahkan mengultimatum Soekarno, menghapuskan komunis dari muka bumi Indonesia. Kematiannya justru disebabkan karena keteguhan dalam prinsip dan ide-idenya.
Kuliah kewiraan dengan Dewi yang dihabiskan dengan pembicaraan-pembicaraan pribadi, apalagi dosen tidak datang. Lalu makan bareng di Kansas, ditemani Dewi dan Ema. Aku menawarkan bantuan untuk Ema, agar bisa memperbaiki namanya di mata mahasiswa FT, sehubungan dengan kegagalan hubungannya dengan Gatot. Aku mengajaknya untuk menemaniku dalam acara RTC.
Pembicaraan singkat dengan Adi membuatku harus memutuskan untuk segera menyelesaikan tugas-tugas kuliahku yang telantar. Sebab, itu adalah kewajiban dan kalau kuhindari akan menimbulkan kerugian besar padaku.
Justru pembicaraan yang membebaniku sepanjang hari dan memusingkan pikiranku adalah dengan Arie Wanto, tim sukses Ibenk, kelompok in depth. Aku diidentifikasi sebagai orang yang selalu ragu seperti Hatta, terutama dalam posisiku di antara 2 kelompok: in depth dan hijau. Sulitnya, aku diharuskan memilih satu di antara 2 kelompok tersebut. Dia bicara soal Tan Malaka (memiliki wawasan internasional dan konsep massa aksi dan merdeka 100%) dan Soekarno (yang tidak pernah keluar negeri). Kesalahan Tan Malaka: melawan Soekarno.