Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dari Manusia sebagai Spesies ke Manusia sebagai Tubuh

2 November 2022   10:55 Diperbarui: 23 Juni 2023   22:07 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dari Manusia sebagai Spesies ke Manusia sebagai Tubuh (Sumber gambar : vectorstock.com)

Begitulah manusia, bahasa sebagai mode pengetahuan akan memungkinkan suatu penempatan proposisi seiring dengan bahasa yang diperbarui.

Proposisi sebagai esensi tata bahasa rupanya akan menghilang dalam pemikiran baru tentang 'pembacaan senyap', yaitu relasi antara suara-pikiran tulisan dan kata silih berganti kata muncul secara terorganisir yang menghubungkannya secara timbal-balik dengan apa yang dimaksud oleh tubuh melalui permukaannya jejak, bekas dan tandanya sendiri.

Pembacaan senyap atas tatanan kehidupan yang kompleks dan dinamis bukan berarti keadaan mulut atau bibir dan matanya diam dan tanpa berisik.

Seseorang berbicara sejalan pengetahuan tentang relasi antara individu sebagai subyek dan predikat dari sebuah proposisi muncul dalam ingatan.

Bahasa manusia adalah ingatan itu sendiri bersama jejak-jejaknya. Jika sekiranya, spesies manusia telah punah dan bahasa masih tetap memberikan kita kosa kata baru dan spesies baru yang jejak-jejak atau kenangannya masih ada untuk dijadikan sebagai prasasti peristiwa masa lalu.

Spesies baru muncul dari kata-kata baru yang radikal. Dalam ruang gelap yang kita raba-raba; kita masih berbicara dengan kata-kata yang berlawanan.

Ruang gelap diperbarui dengan ruang terang, jadilah nafsu gelap diganti oleh pikiran yang tidak tertidur lelap di siang hari.

Manusia berusaha untuk menemukan apa yang terpikirkan, karena dia belum berpikir sebelumnya; ia bukan kata-kata untuk menggambarkan ruang kosong dari pikiran yang tertidur dan bukan pula menggunakan bahasa universal tentang kebenaran.

Bahasa universal tidak lain adalah bahasa dari kepalsuan dari apa yang kita ketahui maupun samar-samar wujudnya.

Ketidakanehan memenuhi permukaan, jika seseorang tidak memaksakan dirinya untuk mengenal lebih jauh tentang keremeh-temehan wujud penampakan, menuliskannya dan menyusunnya kembali kata-kata yang tidak dipikirkan.

Sebuah kurva pertumbuhan stagnan menandakan kemerosotan tatanan wujud dari cara berpikir, yang jelas diperhadapkan dengan sisi kehidupan sehari-hari, dari tanda-tanda yang berbalik arah pada kemunduran ilmu pengetahuan tentan spesies masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun