Kita mungkin tertarik untuk memperbincangkan tentang pertukaran tanda kelahiran, kesuburan, kematian, kesakitan, dan produksi. Di luar perbincangan tersebut sudah berbeda karena ada sesuatu yang naif menurut sudut pandang kita masing-masing.
Bisa dikatakan, bahwa setiap orang memiliki 'hasrat untuk mengetahui' tanda-tanda dan sensibilitas.
Tanda adalah tanda atau bahasa, dilibatkan dalam lingkungan, dimana penjelasannya melalui hasrat yang menurunkan pada kesenangan.
Sebagaimana penggunaan tanda atau kata kerja makan akan mengarah pada titik pembalikan tanda waktu rasa lapar.
Spesies
Tetapi, bahasa menerima ketidakhadiran eksistensi tunggal spesies menjadi akhir dari tanda-tanda, yang bisa diubah menjadi subyek yang berbicara lebih banyak suara, isyarat, dan tindakan.
Katakanlah, sensibilitas lapar bukan satu isyarat pergerakan inderawi belaka, tetapi suara dibalik peristiwa tubuh, yang menghasilkan banyak spesies untuk bertindak.
Suara dalam diri manusia dan dalam pergulatan kehidupan sebelum kematian menjemputnya menjadi kata-kata yang tepat digunakan hanya ketika ia tidak bisa dipisahkan dengan ungkapan yang silih berganti memasuki relasi bahasa yang bersuku kata diantara tatanan sebuah proposisi.
Menyangkut rasa lapar atau kenyang tidak termasuk proposisi, melainkan tanda kehidupan ditata dengan kata-kata.
"Aku berpikir bahwa Anda lapar hari ini." "Aku berharap bahwa Anda kenyang malam ini" tidak hanya menunjukkan sebuah proposisi dan pernyataan faktual.
Tetapi juga, sebuah 'mesin permukaan', yaitu ketidakjarakan relasi antara kesahihan tatanan proposisi dan hipotesis tata bahasa umum.