Manusia sering menantang takdir melalui daya kreatif; burung hanya tunduk pada hukum alam, dari sejak diciptakan hingga kematiannya, sarangnya atau rumahnya terbuat dari bahan yang sama, bentuk dan ukuran juga demikian.
Tetapi, manusia dapat memperlihatkan amarahnya, yang membawa mereka pada ancaman permusuhan, membuat mereka menjadi pembunuh hanya karena perkara perut atau rasa cemburu antara satu sama lain.
Saling benci dengan lainn akan diganti dengan rasa simpati, sebagaimana udara panas adalah lembab dan diakhiri dengan air, terjalin harmoni tatkala air ditempatkan antara bumi dan udara.
Tiba-tiba langit kembali cerah, amarah pun lenyap menjadi tersenyum simpul dan orang-orang yang terlibat didalamnya kembali menemukan harapannya.
Kemiripan senantisa didukung oleh analogi, dijaga dan dilipatgandakan pada alam semesta. Sesuatu yang alamiah akan tetap alamiah, yang memberikan sisi kemiripan diantara benda-benda dalam kehidupan, yang menghilangkan campur baur pada materi.
Sifat dasar seseorang mampu mengubah kondisi sekaligus menghancurkan tatanan wujud; kata-kata dan benda-benda menjadi titik keseimbangan alam yang dianugerahkan pada kekuatan manusia untuk menciptakan sesuatu menuju harapan-harapan yang didambakannya.
Menciptakan berarti mengetahui melalui proses seseorang untuk berbicara, menyusun kata-kata dalam suatu bahasa yang telah diverifikasi atau diuji dalam hubungannya dengan proposisi dan diantara benda-benda.
Melalui pengetahuan, manusia mengenal benda-benda dan kemiripan dengannya dalam jenis kata tertentu.
Seseorang mampu berbicara berarti untuk mengetahui tentang sebagian kebutuhan pangan yang bernilai gizi atau vitamin yang berguna bagi kesehatan.
Seseorang mengetahui kata-kata atau tanda-tanda pada anggota tubuhnya, pada raut wajahnya yang berseri memiripi lintasan permukaan bulan di malam hari. Mereka bangun dari tidurnya dalam keadaan segar bugar di pagi hari.
Mereka menggunakan menggunakan bahasa yang dimulai dari ungkapan atau beralih pada bentuk proposisi.