Mohon tunggu...
Ermansyah R. Hindi
Ermansyah R. Hindi Mohon Tunggu... Lainnya - Free Writer, ASN

Bacalah!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dari Manusia sebagai Spesies ke Manusia sebagai Tubuh

2 November 2022   10:55 Diperbarui: 23 Juni 2023   22:07 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dari Manusia sebagai Spesies ke Manusia sebagai Tubuh (Sumber gambar : vectorstock.com)

Pembagian fungsi organik disediakan mekanisme alami yang dirancang untuk memperkirakan garis kehidupan melalui 'kerja', terhadap tingkat tubuhnya dalam cara sangat berbeda.

Ada rahasia kata-kata bagi tubuh yang tidak dapat digerakkan oleh mulut atau bibir, tetapi melalui lidah yang mengeluarkan suatu hingga kalimat diucapkan secara pelan-pelan.

Kata-kata dari huruf demi huruf terangkai hanya gerakan lidah sebagai permainan khas tanpa bibir di atas kerongkongan.

Mengontrol kata-kata atau huruf-huruf untuk diucapkan sesuai dengan kontrol atas tubuh agar seimbang dan teratur melalui kehidupan.

Pengontrolan kata-kata atau huruf-huruf atas apa yang sedang diucapkan memberikan ruang masing-masing bibir dan lidah sebagai organ yang tidak sekedar pertama kali pencernaan makanan diproses.

Dalam sebuah urutan yang betul-betul teratur karena bersamaan bergerak atau bersentuhan diantara rangkaian huruf menuju kata-kata yang dipilihnya.

Kehidupan dan bahasa dengan pemikiran menyertainya merupakan mata rantai, yang menunjukkan ketidakhadiran eksistensi yang tunggal (suatu rangkaian silih berganti: canda tawa dan sedih, lapar dan kenyang, berbicara dan diam).

Kadangkala kelahiran spesies manusia sebagai 'nama setengah hidup', dari kehidupan ke kematian, dari kesuburan ke kesakitan.

Mereka menggambarkan wajah dengan bentuk mata, bibir, hidung, dan telinga yang menghimpunnya di ibu jari. Dari sini, diskursus adalah akhir dari nama dengan kata-kata telah mati terlebih dahulu.

Manusia bukanlah menggambarkan kesenangan dirinya sendiri sebagai tanda yang menyia-nyiakan dan menghabiskan waktunya dengan alasan untuk menjalani kehidupan yang indah dan luas apa adanya.

Manusia bukan hanya terbatas dalam wujud alaminya dan memperpanjang usia produktif, melampaui batas-batas barang-barang kebutuhannya, melainkan juga seiring meluap-meluapnya nafsu amarah dan fantasi kosong yang banyak membuat dirinya tidak berarti apa-apa tanpa tubuh yang menyelimutinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun