Dengan berat hati, Alya mengangguk. "Baiklah, aku akan ikut. Tapi kita harus memastikan bahwa ini tidak mengganggu hubungan kita."
"Setuju. Kita akan membicarakannya secara terbuka dan jujur. Aku tidak ingin ada rahasia di antara kita," jawab Arga.
Malam harinya, Alya merasa gelisah. Ia tahu bahwa pertemuan ini bisa membawa banyak ketegangan. Namun, ia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan bagi mereka untuk menyelesaikan semua ketidakpastian.
Keesokan harinya, mereka bertemu dengan Mira di kafe yang sama. Suasana terasa tegang saat mereka duduk berhadapan. Alya merasakan perutnya bergejolak, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang.
"Terima kasih sudah datang. Aku menghargai kalian berdua," kata Mira, terlihat sedikit canggung.
"Kenapa kau ingin bertemu lagi?" tanya Alya, berusaha untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya.
"Aku hanya ingin memastikan bahwa semua ini bisa diselesaikan dengan baik. Aku tidak ingin menjadi penghalang dalam hubungan kalian," jawab Mira.
Arga menambahkan, "Kami berusaha untuk melanjutkan hidup, tetapi kami juga ingin menghormati masa lalu."
Mira mengangguk. "Aku mengerti. Aku ingin kalian tahu bahwa aku tidak ingin mengganggu. Aku ingin kita semua bisa saling mendukung."
Alya merasa sedikit lega, tetapi ia tetap waspada. "Jika itu yang kau inginkan, maka mari kita jujur satu sama lain. Kita harus menghormati keputusan masing-masing."
Percakapan berlangsung dengan tenang, dan Alya berusaha untuk menjaga suasana agar tetap positif. Namun, di dalam hatinya, ia merasa masih ada keraguan.