Alya merasa hatinya bergetar. "Itu mungkin. Tapi aku harap kau juga bisa menghargai hubungan kami."
Arga mengangguk setuju. "Kami ingin semua ini menjadi bagian dari masa lalu. Kami ingin fokus pada masa depan."
Setelah pertemuan itu, Alya merasa sedikit lega, tetapi keraguan tetap ada. Ia tahu bahwa meskipun mereka berusaha untuk melanjutkan, bayang-bayang masa lalu masih bisa kembali menghantui.
Sepanjang perjalanan pulang, Arga tampak lebih tenang. "Bagaimana menurutmu, Alya?" tanyanya.
"Aku merasa sedikit lebih baik, tetapi ada banyak yang perlu kita bicarakan. Aku tidak ingin ada yang tertinggal di belakang," jawab Alya.
"Jangan khawatir. Kita akan melaluinya bersama. Kita harus saling percaya dan berkomunikasi," kata Arga, meraih tangan Alya.
Setibanya di rumah, Alya merasa lelah. Ia berbaring di tempat tidurnya, merenungkan semua yang telah terjadi. Meskipun ada banyak rintangan di depan mereka, Alya tahu bahwa dengan saling mendukung dan berbagi perasaan, mereka dapat mengatasi apapun yang datang.
Dengan tekad baru, Alya menutup matanya, berharap untuk tidur nyenyak dan memulai hari baru dengan lebih baik. Dia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan mudah, tetapi cinta dan keberanian yang mereka miliki akan membawa mereka melewati segala halangan.
Bab 12: Dalam Ketidakpastian
Hari-hari berlalu, dan hubungan Alya dan Arga mulai terasa lebih stabil setelah pertemuan dengan Mira. Namun, meskipun mereka mencoba untuk fokus pada masa depan, ketegangan tetap ada. Alya sering kali merasa cemas ketika Arga menerima pesan dari Mira, dan meskipun ia berusaha untuk bersikap percaya diri, rasa cemburu kadang muncul tanpa diundang.
Pada suatu sore, setelah kuliah, Alya memutuskan untuk menemui Arga di perpustakaan kampus. Ia ingin berbagi perasaan dan mencari cara agar hubungan mereka semakin kuat. Saat ia masuk ke perpustakaan, ia melihat Arga duduk sendirian di meja yang terletak di sudut, terlihat serius membaca buku.