Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kungkungan Buatan

10 Februari 2021   02:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   03:01 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanah bergetar, semua bergeming, harimau terpendam ke dalam tanah begitu dalam, bahkan seluruh tubuhnya tertanam dibalutan tanah basah sebab terkena guyuran air danau.

"Fokus! Tiga lagi!" pekik seorang lelaki yang sepertinya berumur sedikit diatasku. Terdengarlah raungan harimau disertai senjata batu yang melambung terus menerus membuat pertahanan hewan-hewan melemah sampai akhirnya tombak orang-orang yang mengantamnya mengakhiri kisah hidup para harimau itu. Belum, belum semuanya, tersisa satu lagi, harimau yang tadi disebutkan Ida, dengan senjata canggih dimoncongnya. Saat kulihat saluran pencernaan pada keempat harimau lainnya, yang ini justru ku melihat seperti cerobong perapian tetapi mengeluarkan cahaya yang dapat meluluh lantahkan apapun yang ditujunya. Hutan yang sebelumnya kukagumi karena keindahannya hancur karena kekuatan canggih itu. Semua semakin buruk ketika kutilik bagian dari pasukan yang tadi datang mengenai senjata hewan buas itu. Cukup, mengapa aku hanya memantau, padahal tanganku tak merasa sakit sedikitpun karena kejadian tadi.

Bergeraklah aku pada satu-satunya harimau yang tersisa, kilatan-kilatan cahaya berusaha mengenai bagian tubuhku, tapi tidak, cukup Aca yang hampir dibuatnya sekarat karena senjata itu, tak kuizinkan hewan itu menyentuhku. Mengaumlah dia disertai cakaran-cakaran yang diasongkan pada apapun didepannya. Hal kecil, sebut otakku saat menghindari cakarannya. Kembalilah ku lakukan hal serupa seperti sebelumnya, tapi kali ini dengan kedua tangan menggenggam bersatu menguatkan tekad. Tak kuberi kesempatan dia menyiapkan senjatanya,  "Kesalahan apa yang temanku lakukan hingga kau berani menyerangnya?!" lalu DUAR! Bunyi benda terbanting ke belakang berpuluh-puluh meter. Meledaklah benda itu disertai sambutan teriakan memekik manusia. Ya, itu alat, itu benda buatan, bukan benar-benar harimau sungguhan seperti kawanannya yang lain.

Tamat sudah usia hidup para harimau. Walaupun amarah sebagai motivasi, ternyata tetap menguntungkan dan mencapai keberhasilan, baguslah, amarah itu yang mestinya ada, bukan mencak-mencak tak jelas. Nafas ngos-ngosan terdengar memenuhi langit senja. Ku pedarkan pandangan kesekitar, ada yang langsung terduduk lemas lega dengan kemenangan yang telah didapat, ada yang tersenyum bangga pada usaha yang telah dibuat, tapi ada yang terisak pilu meratapi nasib sang tersayang. Itu dia, ada Aca yang belum selesai kuatasi.

VII. Fakta dan Pengkhianatan

Semua orang tengah mengobati lukanya masing-masing dan membantu sesama. Ku sorot sosok pemuda yang sedang sibuk kesana kemari membantu korban yang terluka. Dialah yang tadi sempat menyadarkan orang-orang setelah kejadian pertamaku menghantam kepala harimau. Kuhampiri lelaki itu, tersadarlah ia karena ada seseorang yang mendekatinya. Sorot tajam matanya bak elang, tatapannya sedingin es, rahang tegasnya mengisyaratkan keberanian seorang lelaki, tubuh tegapnya bagaikan sigap menghadang apapun marabahaya di hidupnya.

"Kau, Reyza?"

"Hm," hanya itu balasnya. Ingin ku timpuk kepalanya dengan batu tapi tak jadi.

"Oke pak Rey, karena saya malas berbicara dengan Pak Arnold mengenai mengapa kalian bisa berada disini, maka hal tersebut akan ku tanyakan pada dirimu saja." ujarku mengawali.

"Baiklah gadis kecil, yang pertama, jangan memanggilku dengan sebutan 'pak' karena aku masih bahkan sangat muda." ucapnya.

"Tapi kau lebih tua dariku"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun