"Oh." datarku.
"Hey!"
"Apa?"
"Kau ini be-"
"Apa?"
"Ga." Aduh kapan sih bisa merutuk pada dia, ada dua aja makhluk kaya dia, ku pindah planet deh. Maksudku, apa-apaan itu, aku nunggu sampai khawatir untuk dia sadar dan apa respon temanku itu? Makhluk tak berperasaan. Kesal dalam hati Ida yang enggan diutarakan.
"Bilang aja kesel," akh dia cenayang?
"Bukan." Dapatlah terlihat bola mata Ida yang hampir keluar itu.
"Kawanku yang budiman beserta baginda Ibu yang kami hormati, bagaimana dengan langkah selanjutnya? Beristirahat lalu membuat api? Berjalan kembali dan kerap terjatuh? Balik lagi dan melewati sungai tak tau diri yang masih dapat terdengar arusnya dari sini? Atau apa?"
"Istirahat," singkatku.
"Woy, kau sedari tadi enak sudah istirahat dalam pingsanmu, terus kami kan-"