Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kungkungan Buatan

10 Februari 2021   02:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   03:01 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuceknya pada ujung mata Ica, setelah itu tertangkap sesosok yang tengah membelakangi gadis itu.

"Ibu," ujarku sambil memastikan. "Belum tidur?" lanjutku.

"Eh Ica. Ini Ibu udah tidur loh, tapi dengan mata terbuka."

"Hehehe, retoris ya"

"Ibu masih menjaga api ini, udara malam disini lebih dingin daripada ditempat kita ya, kan?"

"Heem, Ibu benar. Padahal waktu bermalam di dalam air, aku tak merasa sedingin ini," sembari menggosokkan kedua tangan. Ibu menyuruhku duduk disebelahnya, kemudian pelukan hangat Ibu menguasai suasana malam itu. Ternyata benar, rumahku adalah Ibuku sendiri, bukan yang lain.

"Bu, bagaimana cara Ibu beralasan pada para warga disana tentang kami?"

"Dengan bilang kalian hilang tenggelam ke laut," jawabnya polos. Tatapan cengo pasti sudah terlihat pada wajahku. "Mama Papa Ida dan Bibi Aca juga ikut bermain peran melakoni drama Ibu kok. Setidaknya diri Ibu telah berjuang." cengirnya membuatku ikut terkikik mengimbangi cengiran beliau. Keheningan tahu-tahu datang diantara kami. Tak ingin berlangsung lama Ibu pun kembali berucap.

"Nak, ada yang mau Ibu bicarakan," diamku hanya menunggu lanjutan. "Ibu seperti mengingat sesuatu. Dalam bayangan Ibu, Ibu melihat orang-orang sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menggunakan benda-benda canggih. Ibu juga, Ibu melihat Ayahmu disana."

"Maksud Ibu, Ayah menjadi bagian dari orang-orang itu?" dan anggukan Ibu membuatku semakin ingin mendengar cerita selanjutnya.

"Ibu juga tiba-tiba merasakan hal aneh pada diri Ibu ketika tau kau akan pergi. Kau tahu? Ibu hanya menegak ramuan itu 3 tetes, sisanya Ibu berikan pada Mama Papa Ida. Entah dapat dorongan dari mana, setelah menjauh dari dermaga, Ibu bukan berenang, tapi lari. Ya, Ibu lari. Semula di dalam air, lama-lama naik ke permukaan. Ibu lari diatas air, nak! Memang kau tak berpikir mengapa Ibu bisa secepat itu bersanding dengan kalian?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun