Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kungkungan Buatan

10 Februari 2021   02:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   03:01 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Haduh bu iya iya aku pamit sekolah dulu ya." Setelahnya aku melakukan hal yang biasanya anak baik lakukan, mencium tangan dan pipi Ibu selayaknya keluarga harmonis. Ibu pun membalasnya, sungguh, tak ada hal lain lagi yang kuperlukan selain kasih sayang Ibuku itu.

"Belajar yang benarlah kau ini Ica, bulan ini kau harus lulus uji menahan nafas. Jangan seperti bulan lalu. Tidakkah kau malu dengan rekan-rekanmu itu, mereka sudah mulai belajar ke tahap membuka mata didalam air." ujar Ibu keras agar aku mendengar.

"Bu, kemampuan orang itu beda-beda, aku tak suka melakukan itu, mungkin saja kan bakatku adalah berlari diatas air," jawabku asal.

Setelahnya terdengar suara kedua orang yang malas kuanggap teman itu menertawaiku. Dasar bocah! Selalu mengejek karena khayalanku yang mereka tau tak mungkin terjadi, berbeda denganku yang percaya apapun bisa terjadi. Mereka bukan bocah sih, aku hanya diatas mereka 6 bulan, tapi tetap saja mereka bocah dimataku.

"Berisik kalian, aku menantang kita lomba lari ke sekolah. Aku akan hitung 1 sampai 3. Siap? Satuuu sampai tiga!!" Ya aku tau pasti mereka mengutukku karena hitungan itu, tapi tetap saja diantara kita tau siapapun yang lari, Icalah pemenangnnya.

"Heyy stop! Kalian tau aku lemah dalam berlari, tapi apa-apaan ini? Kalian mem buatku ham pir mati ka re na le lah!" ucap Ida tersenggal-senggal sesampainya di area sekolah.

"Janganlah dirimu membawaku dalam permasalahan ini kawan. Hanya teman tak tau diri bernama Ica ini yang membuat kita kelelahan seperti ini, dan aku sebagai makhluk normal hanya mengikuti alurnya saja." puitis Aca setiap kali berbicara.

"Hahahaha," tawaku terbahak "kalian bisa aja ngeremehin aku soal menahan nafas, tapi lihat, tak ada yang menandingi kecepatan larianku, bukan?" rasa bangga dan sedikit sombong itu keluar dari bibirku.

"Diam kau! Kita masuk aja ayo!"

"Tidak, aku akan ke dermaga seperti biasa, dadah kawan-kawan tersayangkuu" ujarku berlalu.

Aca tak habis pikir dengan kebiasaan makhluk yang disebut teman itu selalu melakukan hal yang berbanding terbalik dengannya. Tapi ternyata..

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun