Konten yang Dikonsumsi: Paparan pada media sosial, televisi, dan internet mempengaruhi persepsi anak tentang hubungan sosial dan emosional. Konten negatif atau penuh kekerasan bisa berdampak buruk, sedangkan konten yang mendukung dan positif dapat membangun empati dan keterampilan sosial.
Interaksi Virtual: Kecenderungan untuk lebih sering berinteraksi secara online daripada secara langsung juga mempengaruhi cara seseorang membangun keterampilan sosial.
6. Kondisi Kesehatan Mental dan Fisik
Kesehatan Mental: Masalah seperti kecemasan, depresi, atau gangguan perilaku dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional.
Kesehatan Fisik: Kesehatan yang baik, termasuk nutrisi yang memadai dan aktivitas fisik, dapat mendukung perkembangan emosional yang sehat.
7. Budaya dan Nilai-nilai Sosial
Norma Sosial: Nilai dan norma yang berlaku dalam budaya tertentu mempengaruhi cara seseorang berperilaku secara emosional dan sosial. Misalnya, budaya yang menekankan harmoni sosial mungkin mengajarkan anak untuk lebih mengutamakan kerjasama dan kepedulian terhadap orang lain.
Agama dan Keyakinan: Keyakinan agama dan nilai spiritual dapat memberikan pedoman moral dan dukungan emosional dalam mengelola hubungan sosial dan menghadapi tantangan emosional.
8. Pengaruh Genetik
Warisan Genetik: Beberapa aspek perkembangan sosial emosional mungkin dipengaruhi oleh faktor genetik, seperti kecenderungan untuk lebih sensitif secara emosional atau memiliki daya tahan yang lebih baik terhadap stres.
Interaksi dari semua faktor ini membentuk perkembangan sosial emosional individu, sehingga setiap orang bisa memiliki pengalaman perkembangan yang unik tergantung pada kondisi dan lingkungannya.