Yifang menunjuk sebuah ponsel yang tergeletak begitu saja di atas meja, tepatnya di depan kursi yang diduduki Julie tadi.
"Itu pasti punya Julie," jawabku.
"Biar aku saja yang susul dia. Mudah-mudahan masih bisa tersusul."
Selesai berkata begitu, Yifang dengan cekatan langsung menyambar ponsel itu dan keluar. Dasar Yifang aneh.
AUTHOR'S SPECIAL POV
Yifang meneliti ponsel yang dipegangnya dengan penasaran. Begitulah dia, selalu penasaran dengan barang-barang baru, termasuk milik orang lain. Apalagi, ponsel Samsung seri ini belum pernah dia lihat sebelumnya. Sambil berjalan, dia menekan salah satu tombol berwarna merah, yang tau-tau membuat ponsel itu menyala, tapi sekaligus meminta password untuk membuka kuncinya. Tapi bukan itu yang membuat mata Yifang terbelalak. Yang dia lihat adalah wallpaper ponsel itu, yang ternyata gambar Donghae.
"Heh? Hae?" Tanya Yifang.
Tiba-tiba di pikiran Yifang langsung berkelebat banyak hal, biasa deh, daya imajinasinya tinggi. Sementara itu, Julie belum naik taksi. Dia hanya beberapa langkah di depan Yifang, memegangi jantungnya yang berdetak tidak karuan. Dia menghela nafas berkali-kali untuk menenangkan "sakit jantungnya."
"Julie ya... kau mau sampai kapan begini? Bukankah impianmu sudah jadi kenyataan? Kau sudah bisa melihatnya setiap Selasa sampai Kamis?" tanyanya pada dirinya sendiri, "kalau kau bisa terus berpura-pura seperti sekarang, maka kau bisa terus disampingnya."
Yifang mendongakkan kepalanya. Dia barusan mendengar apa yang Julie ucapkan dalam bahasa Mandarin itu, dan bahasa Mandarin Yifang masih baik-baik saja meski dia sudah dua tahun di Seoul. Yifang mengerutkan dahinya.
"Tapi apa yang akan kulakukan kalau masa mengajarku sudah habis? Aku tidak bisa lagi bertemu dengannya. Apa aku terlalu sok menjaga jarak, sehingga aku akan menyesal di kemudian hari? Andaikan aku biarkan dia sedikit mendekat padaku sehingga kami bisa bertukar kontak... arrrgh, Julie! Apa kau sudah sinting?"