"Kenapa kau tidak mungkin berpacaran dengan muridmu sendiri? Kau daritadi tidak bicara dengan dirimu sendiri, tapi kau bicara denganku."
Julie mengerutkan dahinya dan matanya membelalak ngeri. Mana mungkin??? Dia merasa ingin mengubur dirinya sendiri di dalam tanah.
"Yifang... kau... dengar semuanya?" Tanya Julie, sudah bisa menduga jawabannya.
"Iya. Maaf, Julie, aku tidak bermaksud, tapi... tadi aku melihat wallpaper ponselmu... eh... tidak sengaja sih. Hae kan?"
Julie sekarang lemas. Dia duduk di kursi batu terdekat, yang langsung disusul Yifang. Yifang menepuk bahu Julie, sok perhatian.
"Julie, gwaenchana. Perasaan seperti itu jangan disimpan sendirian. Kau bisa menganggapku sahabatmu. Kau tau, maksud di balik peranmu yang sekarang... benar-benar kurang lebih sama dengan maksud kami datang ke Seoul dulu."
"Maksudmu?"
"Nah, biarkan aku yang bercerita sekarang..."
HANGENG'S POV
Malam itu, akhirnya resto sudah kututup. Aku menyuruh Xili menungguku sementara aku mengambil kunci mobil di atas. Ketika aku perlahan-lahan turun, kulihat Xili duduk di salah satu kursi, memijat-mijat kakinya. Dia selalu bilang dia tidak lelah, karena dia tidak ingin aku khawatir, karena dia ingin memberikan yang terbaik untukku. Dalam hati aku merasa bersalah, karena Xili berubah menjadi dewasa, ada positif, ada negatifnya, kurasa semuanya karena aku. Dulu ketika dia pacaran dengan Hae, dia tidak tahan dengan sikap dan kesibukan Hae, tapi aku berani jamin seratus persen kalau Hae memanjakannya, berbeda denganku. Sebenarnya apa sih yang kulakukan? Kalau aku memang pacarnya, harusnya aku tidak membuatnya menderita, membuatnya kelelahan seperti itu. Aku harus memikirkan cara untuk membuatnya refreshing sejenak. Hmm... ayolah, otak, berpikirlah...
"Oppa? Kenapa termenung disana?" pertanyaan Xili membuatku tersadar tiba-tiba.