"Hahaha... apa kau tidak heran aku bangun pagi hari ini?" Tanya Manshi sambil nyengir.
"Aku tidak menduganya, soalnya kukira kau punya jadwal."
"Hahaha... okelah. Ayo kita pergi."
Aku menggandeng Xili naik Mercedez-ku.
"Oppa, apa tidak apa-apa kita tidak buka resto hari ini?"
"Tentu saja, kan sekali-sekali. Aku juga merasa perlu pergi refreshing, dan kebetulan sekali Leeteuk hyung mengajakku bersepeda. Meskipun kita hanya beberapa orang, tapi lumayan kan," ujarku senang.
"Hmm... ya sudah, itu ide bagus juga sih, apalagi cuacanya cerah ini."
Kami mengikuti konvoi mobil Heechul hyung yang paling depan dan aku tepat menguntit di belakang mobil Leeteuk hyung. Kurasa taman yang akan dipilih Heechul hyung pastilah taman terbaik yang ada di otaknya. Tiba-tiba ponselku bergetar di tempat khusus untuk ponsel, dan aku melirik layarnya untuk tau ternyata Heechul hyung yang menelepon. Aku menekan Bluetooth di telinga kananku.
"Hyung... apa? Hah? Apa itu baik? Tapi kenapa tiba-tiba... ng... bagaimana hyung tau? Err... ne, ng... baiklah, hyung. Ne."
Sambungan telepon diputus, dan otakku penuh dengan setiap kata-kata yang diucapkan Heechul hyung barusan. Aku menyadari untuk yang kesekian kalinya, Heechul hyung mengerti isi hati dan pikiranku tanpa aku perlu banyak bercerita padanya. Aku sangat berterimakasih karena itu.
"Heechul oppa kenapa menelepon, oppa?" Tanya Xili.