"Duduk sini di depan, bisa kok."
Xili terlihat ragu, tapi dia duduk di batang sepeda. Aku duduk tegak dan berusaha menjaga keseimbangan.
"Gyaaah, oppa, seram..."
Kedua tangannya memeluk pinggangku, kepalanya tepat di dadaku. Aku bahkan bisa mencium bau wangi rambut panjangnya.
"Nikmati sajalah..."
Lama-lama Xili sudah bisa tertawa, terbiasa dengan keadaan ini, meskipun terkadang aku masih goyang untuk menjaga keseimbangan.
"Lho, oppa, kenapa berhenti?" Tanya Xili bingung.
Kedua matanya yang besar memandang lurus ke mataku. Cahaya bintang di atas sana terpancar lewat binar matanya. Xili sangat cantik, sangat sempurna.
"Xili, wo ai ni..."
Aku menempelkan bibirku di bibirnya yang kecil, dan dia menyambut ciumanku. Aku tidak pernah merasakan cinta yang begini besar bergelora dalam diriku, karena itu kini kutumpahkan perasaanku untuknya. Kuingin dia tau, aku tidak pernah rela memberikannya untuk orang lain, sekalipun itu Hae. Dia adalah orang yang paling ingin kulindungi. Kalau tidak ada dia, aku tidak bisa. Xili yang pernah menghancurkan hidupku dulu, kini dalam pelukanku... dan tidak akan pernah kubiarkan pergi lagi.
I was so fortunate to able to meet you