"Oppa, saranghae..."
Xili memelukku, mengucapkan kata-kata yang seharusnya sering kuucapkan padanya. Aku hanya bisa membalas memeluknya, lalu membiarkan sosoknya berlalu dari hadapanku. Aku ini bodoh atau apa sih? Tiba-tiba ide brilian muncul di otakku. Benar juga ya! Aku berharap ide ini bisa berjalan lancar. Tanganku menekan nomor yang kuhafal di luar kepala, dan pada dering kelima, ketika aku putus asa, telepon itu diangkat.
"Leeteuk hyung, apakah aku mengganggu? Oh, di apartemen? Ng... aku ada sedikit rencana. Mau bersepeda hari Sabtu ini? Sebenarnya aku ada rencana untuk mengajak Xili refreshing, Cuma aku takut dia tidak mengizinkanku sembarangan menutup resto... iya, benar," kataku di ponsel, "itulah rencanaku, yang barusan diungkapkan hyung. Bisakah hyung mengajak sebanyak mungkin orang? Atau setidaknya hyung dan Suxuan? Ah, gomawo, hyung, aku selalu bisa mengandalkanmu! Iya... iya... sampai jumpa."
Aku tersenyum ketika menutup ponsel. Ini dia. Xili pantas mendapatkan semua ini. Untung saja Leeteuk hyung selalu bisa diandalkan. Itulah sebabnya kami semua menyayanginya sebagai hyung kami semua.
Hari Sabtu yang dinantikanpun tiba. Aku menunggu Xili, pagi-pagi benar di depan resto yang pintunya tertutup. Seperti biasa, jam setengah tujuh, Xili datang. Tapi dahinya langsung berkerut.
"Lho, oppa? Kenapa menunggu disini?" tanyanya bingung.
"Xili, hari ini kita tutup resto. Ayo kita bersepeda ke taman. Ini rencana Leeteuk hyung."
"Bersepeda? Kenapa begitu tiba-tiba? Kok aku tidak diberitau sebelumnya, oppa?"
"Soalnya itu juga rencana dadakan, Xili."
Aku tersenyum melihat Shindong yang memunculkan kepalanya dari Honda merah Heechul hyung. Di belakangnya menyusul Ford putih Leeteuk hyung. Berturut-turut kedua mobil itu berhenti tak jauh di depan kami. Dari mobil Heechul hyung aku bisa melihat Shindong dan Manshi, sedangkan dari mobil Leeteuk hyung, ada Suxuan di sampingnya.
"Aigo, Manshi, kau juga ikut! Tapi kau tidak memberitauku!"