"Eh, iya juga ya. Aku kasihan sekali kalau mereka berdua harus mencintai orang yang sama. Yah... yang dulu..."
Xili membiarkan kata-katanya menggantung, tapi aku mengerti. Yesungie pernah kalah sekali memperebutkan Yifang dengan Wookie, sedangkan Hae juga kalah memperebutkan Xili denganku. Aku berharap mereka tidak terlibat hal seperti itu lagi. Tapi ada satu hal yang membuatku penasaran. Pandangan Yesungie yang terpaku pada Julie... sepertinya bukan pandangan menyukai, tapi seperti... penasaran?
Julie melirik arlojinya, "ah, aku sudah ingin pulang. Terima kasih untuk traktiran kalian."
"Bagaimana kalau kami antar? Aku juga bisa mengantarmu, Julie," tawarku.
"Ah, tidak... aku biasa pulang sendiri naik taksi. Kalian tidak perlu repot-repot. Lagipula kelihatannya kalian sudah lama sekali tidak mengobrol, kalian disini saja berkumpul lebih lama."
"Julie, kapan-kapan mampir ke apartemen kami ya," pinta Yifang.
"Tentu, Yifang. Sampai ketemu lagi semuanya."
Kami melambai pada Julie. Hae kelihatannya sudah mau menyusulnya, tapi Julie menggelengkan kepalanya. Yifang akhirnya meletakkan sumpitnya, lalu mendesah lega.
"Aigo, aku kenyang sekali..."
"Hati-hati ukuran perutmu kalau makan sebanyak itu," cela Meifen.
"Tenang saja, aku kan sering fitness. Eh? Itu ponsel siapa?"