Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pendekar         :"Sungguh indah negeri Arab ini. Sayang sekali aku tidak bisa mengunjungi saudara Arabku. Aku pun tidak tahu pasti di mana asal mereka. Liihat. Permadaninya indah sekali. Kalian juga harus membawa oleh - oleh untuk keluarga kalian.  Yang lebih tepat adalah  negeri Gujarat. Negeri Gujarat  memang terkenal dengan dagangannya. Sering orang-orang dari Gujarat berdagang sampai ke pulau emas. Pulau emas memiliki banyak negeri, salah satunya negeri asal istriku, putri Rembulan yang bercahaya.

Prajurit                        :"Aku akan membeli Al Quran, pendekar. Bagus-bagus sekali."

Pendekar         :" Kalau begitu pasti semuanya mau."

Semua prajurit :" Iya iya," pasukan serentak.

Setelah letih mencari cenderamata. Mereka diajak pendekar masuk ke dalam warung.

Pendekar         :"Mari kita makan dulu. Masakan Arab bercita rasa sangat tinggi."

Prajurit            :"Benar pendekar.". Pasukan dan pangeran sudah duduk dan siap mengisi perut mereka. Pelayan pun datang menghantarkan makanan. Pelayannya ramah sekali. Mereka selalu tersenyum.  

Prajurit            5         :"Hmmh lezat sekali."

Pendekar         :"Selezat-lezatnya makanan ini, masih lebih lezat makanan yang dibuat istriku.  Pasti kalian juga seperti itu," pendekar menerawang.

Prajurit 4         :"Selega-leganya kita menghirup udara segar. Pasti lebih segar lagi kalau kita menghirup udara di negeri sendiri,  dan berjumpa sanak saudara."

Prajurit 2         :"Hujan uang di negeri orang, masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun