"Benar putri Rembulan. Aku sudah mengajaknya mengikuti jalan kita. Nakhoda bilang dia merasa tenang dengan menjalankan agama yang kita anut selama ini. Dia sudah banyak belajar mengenai sunah nabi, junjungan kita Muhammad SAW. Oh ya terima kasih, karena kau sudah memberikan nama bagi calon suamiku," kata Siti lugas,  perempuan cantik dari Gujarat yang berhasil menaklukkan nakhoda. Â
      Maka Nakhoda yang tidak bernama dan berasal dari benua hitam ini mendapatkan namanya.  "Terima kasih putri Rembulan. Sekarang aku tahu cahaya merah jambu itu berasal dari mana.  Padahal, ketika di Mongolia sahabatku Maulana sudah memberikan petunjuk."
Ketika tak sadar dirikan tadi, putri Rembulan kembali mengeluarkan cahaya merah jambu. Mereka yang melihat  cuma bisa bilang Subhanallah, karena melihat ciptaan Allah yang indah."
 Â
                                    """"
      Dalam perjalanan pulang.  Putri berjumpa dengan seorang buta yang membawa tongkat dan memelihara seekor kera.  Dia membawanya di pundaknya.  Namun, pasti dia adalah seorang pendekar. Pendekar tersebut berkata supaya tidak mendengarkan desas-desus yang belum tentu benar. Pendekar itu mengarahkan agar segera sampai dan tidak menunda lagi. Putri pun terbangun, karena permata merengek minta minum.  Putri Rembulan pun memberikan minuman kepada buah cintanya.  Ternyata cerita mengenai pendekar hanyalah sebuah mimpi.
      Mimpi adalah bunga tidur. Rembulan pernah mendengar cerita  pendekar dari tanah Jawa, yang selalu membawa kera. Mungkin karena sebelum tidur, putri Rembulan melihat banyak kera makan kacang di tanah, dan sebagian lagi meloncat-loncat di pohon. Perjalanan pulang tidak terasa karena diselimuti perasaan penuh harap dan semangat ingin berjumpa kekasih tercinta. Jalan-jalan terasa lempang. Namun demikian, putri tetap berdoa agar bisa selamat sampai di tempat.  Sesampainya di istana Makassar, orang-orang senang dan mengharap keajaiban pada diri pangeran sekaligus pendekar.Â
"Kakanda Rembulan datang. Â Rembulan minta maaf karena tidak menunggumu di sini. Aku tidak pernah dipaksa nikah. Aku mencarimu di sana."
"Mengapa kita tidak berjumpa di sana."
"Haaah..."orang-orang binggung dan melompong.Â
"Kau sudah siuman sayang," tanya Rembulan lirih.Â