"Dalam hal ini tidak. Kau juga tetap boleh menjalankan ibadahmu, begitu juga prajuritmu. Akan tetapi, kau tidak boleh memberitahukan identitasku dan membuat keluargamu mengirim pasukannya. Kau juga tidak mau membuat istrimu cemas kan, kawan? Sementara penawar hanya aku yang tahu racikannya."
         "Baik. Sekarang juga aku akan membuat surat." Pendekar Andi sudah kuat mendengar kata-kata nakhoda. Seraya dilihat oleh nakhoda. Pangeran Andi mulai menulis surat. "Sayang, melalui surat ini aku ingin mengatakan keadaanku dan pasukanku baik-baik saja. Kapal yang membuat kita terpisah, pun berhasil diselamatkan. Semua berkat doamu istriku. Bagaimana kabarmu dan anak kita, buah cinta kita, putri Permata. Aku sangat merindukanmu dan anak kita. Pasti kalian juga sangat merindukanku. Kirim salam untuk keluarga. Jaga mereka. Tugas mereka juga adalah menjagamu dan Permata. Untuk beberapa bulan , aku akan berlayar bersama teman baruku. Doakan aku cepat kembali. Andi Maulana, suamimu." Pangeran Maulana melipat suratnya. Lalu memberikan kepada sang nakhoda.
       "Bagaimana sudah diberitahukan bahwa kita akan bersama selama beberapa waktu?"  Pangeran Andi mengangguk. Surat pun dikirimkan.
        "Dari mana asalmu? Aku rasa kau berasal dari benua yang terkenal dengan jerapahnya."
        "Bisa dikatakan demikian."
                                    """"  Â
Betapa senangnya ibunya permata menerima sebuah surat. Putri Rembulan membacanya sambil memangku putrinya permata. Selesai membaca rembulan menarik nafas. "Alhamdulillah, pangeran Andi selamat beserta pasukannya." Raja dan ratu pun mengucapkan syukur di ruang pertemuan keluarga dengan penuh rasa khidmat. Yang mendengar juga mengucapkan syukur.
Untuk menghibur menantunya, Raja berkata, "Anakku akan membawakan banyak cenderamata untuk putri yang bercahaya seperti menantuku ini. Kau juga bisa mengirimkan sinyal kepadanya bahwa kau baik-baik saja." Seketika tubuh putri Rembulan memancarkan cahaya. Cahaya itu pun sampai ke lautan. Para pangeran, raja dan ratu, rakyat, para putri dari beberapa pulau  melihat fenomena ini.
Putri Rembulan menjadi buah bibir sama seperti suaminya, pangeran Maulana yang menjadi buah bibir karena kegigihannya mengarungi lautan. Â Paduka raja dan ratu tersenyum kembali setelah merasa silau.
Ratu               :"Namun, mengapa kau cemberut menantuku. Apakah yang dikatakan putraku dalam suratnya."
Putri Rembulan      :" Dia mengatakan. Dia akan berlayar kembali. Dia berjumpa teman baru."