"Sayangku aku harus pergi berlayar. Aku merasa. Harus menyelamatkan banyak orang. Aku sedang membicarakan pesan yang dikirim oleh merpati tadi pagi." Putri Rembulan terdiam dan menahan tangis. Putri Rembulan tidak ikhlas. Putri Rembulan berlari ke kamar dan melihat putrinya sedang tertidur. Putri menyeka air matanya.
   "Mengapa ini harus terjadi? Entah mengapa aku merasa tidak rela. Aku merasa sangat membutuhkan dirimu untuk melihat anak kita tumbuh besar." Putri menutup mulutnya, tersadar mengapa berpikir sejauh itu. Bukankah suaminya hanya permisi untuk menolong orang lain. Bukan untuk pergi merantau dan tidak pulang-pulang.
   "Istriku kamu salah. Aku hanya pergi sebentar. Tidak lama. Mengapa kau sedih Â
seperti seolah-olah aku akan pergi lama sekali. Oh, ya aku tahu itu karena kau masih meragukan kemampuanku. Benar kan? Ayo mana ada sih yang lebih hebat," kata pendekar Andi ketika ada di kamar. Pendekar Andi langsung menyusul istrinya karena melihat tambatan hatinya itu menangis. "Tsst. Tidak boleh takabur, sayang . Aku semakin takut." Putri meletakkan telunjuknya di mulut suaminya. Mereka duduk di pinggir tempat tidur.
    " Tapi apa kamu tidak mau membantu orang lain?"tanya pendekar tak percaya.
     "Baiklah sayang. Aku mencintaimu. Aku mau mendukung yang menjadi cita citamu. "
     "Terima kasih sayang. Aku juga sangat mencintaimu." Â
    Keesokkan harinya, putri Rembulan memakaikan pakaian berlayar sang suami tercinta, sebelumnya pendekar sudah meminta izin kepada sang ayahanda dan ibunda. Pada saat itu putri Rembulan kembali menangis. Sementara pendekar Andi Maulana bersemangat sekali. Putri menyadari semangat sang suami yang begitu terlihat.
    "Ya Allah lindungi suami hamba. Lindungi dia ya Allah." Â
    "Sayang, sayangku kau jangan menangis lagi. Merpati akan menjadi penghubung kita."
   Selesai berbenah putri mengantar Andi Maulana ke halaman depan istana. Sebelum berangkat putri dicium oleh suami di keningnya. Tidak lupa putri mereka, putri Permata.  Sekuat apapun putri meredam gejolak hatinya. Rasanya semakin pahit. Dia merasa khawatir sekali dengan suaminya. Tiba tiba cahaya silau muncul mengiringi kepergian suami. Cahaya berwarna merah muda yang sangat indah. Cahaya itu berasal dari tubuh putri Rembulan. Putri Rembulan dan permata melambai-lambaikan tangannya. Putri masuk kembali ke istana. Cahaya merah muda masih terlihat. Perlahan-lahan menghilang.Â