Mohon tunggu...
MIRANDA NASUTION
MIRANDA NASUTION Mohon Tunggu... Konsultan - Saya perempuan yang hobi menari. Saya anak ragil dari pasangan Alm. Aswan Nst dan Almh Tati Said. Saya punya impian menjadi orang sukses. Motto hidup saya adalah hargai hidup agar hidup menghargai Anda.

Tamatan FISIP USU Departemen Ilmu Komunikasi tahun 2007, pengalaman sebagai adm di collection suatu bank, dan agen asuransi PT. Asuransi Cigna, Tbk di Medan. Finalis Bintang TV 2011 oleh Youngth's management. Pimpinan Redaksi Cilik tahun 2002-2003 (Tabloid Laskar Smunsa Medan).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Putri Rembulan (Novel Klasik Keluarga)

26 Agustus 2018   16:44 Diperbarui: 3 September 2019   17:01 1998
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            Kecemerlangan otaknya tidak menjadikan putri Rembulan tinggi hati. Dia selalu baik dengan kedua orang tuanya, saudaranya, temannya, juga kepada para penjaganya atau dayang- dayangnya. Dayang Larasati selalu mengingatkan agar putri rembulan tidak lupa untuk selalu memperhatikan kondisi diri, termasuk penampilan. Dayang Larasati memang terampil dalam perawatan diri. Dayang Larasati selalu membuatkan ramuan untuk perawatan diri putri Rembulan. Maka, jadilah putri Rembulan kian hari kian cantik.   

            Putri Cempaka tidak senang melihat perkembangan ini. Putri Cempaka merayu kedua orang tuanya agar dayang Larasati bisa dibawanya setelah menikah nanti. Bahkan putri Cempaka tidak menginginkan putri Rembulan hadir dalam sayembara nanti.

            Putri Rembulan pun diserahkan tugas untuk mengunjungi sanak saudara jauh dari kerajaan. Yang memerintahkan dalah ayahanda dan ibundanya. Maka, acara sayembara pun tidak bisa dihadiri oleh putri Rembulan. Sebulan sebelum putri Cempaka menyelenggarakan sayembara. Putri Rembulan berangkat meninggalkan kerajaan. Putri Rembulan pamitan dengan kedua orang tuanya, dan kakaknya putri Cempaka, dan abangnya pangeran Naga Gledek.

            "Permisi kakanda, adinda mohon pamit untuk berangkat ke rumah sanak saudara kita," kata putri Rembulan dengan tutur kata penuh hormat. "Baik adinda. Kakak memberi izin. Hati-hati di jalan. Sampaikan salam kakak kepada pati dan istrinya," tutur putri Cempaka dengan wajah senang, tetapi ada perasaan sedih yang muncul tiba-tiba. "Permisi ayahanda dan ibunda. Adinda akan segera berangkat ke luar kerajaan." "Silakan anakku. Hati-hati di sana. Jaga sikapmu di sana. Di sana juga ada banyak hal yang bisa dipelajarin."

            "Ayahanda dan ibunda benar. Doakan juga ananda sehat selalu. Ananda pun akan selalu mendoakan ayahanda dan ibunda, juga kakanda dan abangda ." "Sudah pasti putriku. Ayahanda harap juga kalian bertiga bisa menjaga adik kalian dengan baik. Pengalaman kalian juga akan bertambah." "Benar ayahanda bagi kami bertiga ini adalah pelajaran yang sangat berharga," kata pangeran pertama, Naga Buana, mewakili adiknya yang lain.

           

                                                           

BabIII

PANGERAN DAN  PUTRI DALAM PERJALANAN

            Dalam perjalanan ada banyak sekali hal-hal baru yang disaksikan oleh putri Rembulan. Putri Rembulan sanang sekali melihat rakyat yang sedang berdagang. Lalu putri Rembulan turun dan mencoba menawar barang-barang yang dijajakan. Putri membeli kain, sepatu, dan alat untuk berdandan. Ketika menawar putri Rembulan terpana dengan ketampanan seorang penjual buah.

            "Berapa harga buahnya ?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun