"Itu artinya adik kita berhasil. Dia akan lebih terkenal, bukan sebagai  seorang pangeran," kini pangeran tertua yang berargumen.
"Sekarang aku ingin melihat, hasil kerja calon permaisuri Indraloka," lanjut Naga Swarna lagi.Â
      Kemudian ditampilkan tarian-tarian. Para saudara memuji penari dan putri Delima yang mengatur semuanya. Ternyata pangeran Naga Swarna dan beberapa putra pejabat ikut menampilkan diri, yaitu seni bela diri. Sesekali pedang pangeran mengeluarkan cahaya, menambah semarak pementasan. Akan tetapi, pementasan ini lebih banyak diisi oleh rakyat. Salah satu rakyat yang sangat memukau adalah seorang wanita yang tidak terlalu cantik, tetapi suaranya sangat merdu. Sepertinya tak ada satu orang pun yang tidak terpukau, dan yang paling terpukau adalah pangeran Naga Swarna.  "Kau cantik sekali. Siapa namamu adinda?" kata pangeran pelan tepat di samping pangeran Naga Buana. Mereka berdiri di samping tempat   duduk raja dan ratu.  Â
      Pangeran Naga Swarna langsung turun untuk menunggu sang pujaan hati keluar dari tempat pementasan. Beliau menunggu di luar lokasi pementasan. Beberapa menit kemudian, sang wanita bersuara merdu keluar. Pangeran tersenyum. Wanita itu pun tersenyum. Mereka pun saling betegur sapa. Mereka menghampiri satu demi satu para penjual, yang mendapatkan untung dari pementasan ini. Para penjual memuji-muji sang gadis.
      Hubungan mereka adalah hubungan alam bawah sadar.  Ketika membantu Naga Swara menyiapkan pementasannya. Pangeran Naga Swarna keluar istana dan melihat-lihat para seniman berlatih. Pangeran Naga Swarna kagum sekali dengan seorang gadis yang hanya dilihatnya dari lukisan. Para seniman itu yang menunjukkannya pada pangeran. Sepertinya pangeran langsung jatuh cinta di sebuah rumah sederhana, diisi oleh para orang-orang yang berjiwa seni.  Sang gadis pun kala itu teringat dengan kilatan pedang sang pangeran yang dilihatnya. Sang gadis sedang berada di rumahnya yang jauh dari istana pangeran.  Selanjutnya adalah hubungan melalui rasa jarak jauh. Mereka seolah-olah bertemu setiap hari.  Â
 "Kakanda aku mau dengar kau bertanya mengenai namanya. Sepertinya kakandaku pernah melamunin dirimu sebelumnya, " menghampiri dua sejoli yang baru saja melepas rindu.
"Kau cantik sekali. Siapa namamu?" bumi terasa berhenti berputar, itulah yang dirasakan Naga Swarna saat ini.
"Cinta begitu indah. Orang yang tak tahu tentang cinta pun akan mengerti  cinta," pangeran yang bersuara merdu pun berkata-kata lagi.
 "Kau tidak sedang jatuh cinta juga kan? Atau kau tidak jatuh cinta juga kan dengan gadis itu?" pangeran tertua didampingi putri Delima. Mereka sedang dikelilingi para penjual dagangan.
"Oh syukurlah tidak. Kalau tidak aku tidak akan bisa memaafkan kelakuanku sendiri. Lagian aku sudah menganggapnya saingan. Hhahaa. Aku bercanda," pangeran Naga Swara sedikit terkejut dengan kata-kata pangeran mahkota.Â
" Marilah beri tahu sedikit tentang dirimu adikku. Bagaimana tipe wanita dambaanmu?" lanjut pangeran mahkota ingin tahu.