"Baik-baik. Ayahanda pun sangat tertarik denagn sosok yang kalian sebut pendekar Andi.  Sepertinya pangeran Naga Buana tidak keberatan jika didahului oleh adiknya. Jadi kau setuju istriku?"  "Setuju saja, kita langsung rencanakan pernikahan putri Cempaka dan Naga Gledek, sekaligus putri Rembulan," jawab ibunda ratu dengan berkaca-kaca karena terharu dan melanjutkan, "Putri Rembulan , kau harus segera membawakan menantu untuk ayahanda dan bundamu. Suruh dia cepat datang."
                                                                              """"
      "Anakku, perempuan cantik tadi telah dipilihkan oleh ayahanda untuk menjadi pendampingmu," kata ibunda pendekar Andi.  "Menurut pendapat ananda dia wanita yang baik dan layak menjadi wanita yang besar, tetapi...." "Tapi apa....," kata ayahanda. "Tapi pendekar Andi sudah tidak tahan lagi untuk merajut cinta dengan putri Delima. Benar kan anakku? Ayolah katakan yang baik-baik saja,"  kata ibunda ratu. "Yang dikatakan ibunda ada benarnya. Sebenarnya ananda segan membantah, tetapi karena rasa cinta anandalah kepada seorang gadis. Ananda tidak mampu menahan apa yang harusnya ananda katakan. Ananda terbiasa menantang badai. Maka, harus bisa menantang badai dalam hal pribadi ananda sekalipun."
      "Benar karena kau pelaut yang handal," balas ayahanda dan ibunda pendekar dengan bangganya.  "Gadis  yang hamba maksud adalah seorang putri yang sangat cantik jelita dari negeri Deli, namanya putri Rembulan." "Apa? Apa ibu tidak salah dengar?" "Tidak. Ananda mencintai dia dan dia pun mencintai ananda." "Putri Rembulan itu terkenal sangat cantik dan tubuhnya akan mengeluarkan cahaya keemasan, jika dia sudah menikah nanti.  Jadi kau sudah berjumpa dengannya. Hanya saja anakku putri Delima sudah menunggumu cukup lama, ibunda pendekar melanjutkan.  "Kita bisa bicara baik-baik."
"Tidak perlu," kata putri Delima yang sudah tiba dan ternyata mendengar percakapan mereka dan melanjutkan, "Dari dulu hamba tahu bahwa pangeran Andi tidak mengangap hubungan kami sebagai pria dengan wanita. Hamba sudah melarang kedua orang tua hamba untuk menjodohkan kami. Hamba pun sebenarnya sudah menganggap pendekar andi sebagai abang hamba."
      "Oh benarkah?" tanya raja dan ratu serentak terkejut.  "Nenek hamba masih punya darah Deli. Sebenarnya dulu hamba pernah dekat dengan keempat pangeran," putri Delima menambahi.  "waah ternyata dunia ini kecil ya? Kalau begitu kau kenal dengan pangeran Naga Buana, Naga Swara, Naga Swarna?" Andi Maulana bertanya kemudian dan putri Delima hanya mengangguk seraya menatap pendekar dengan tatapan sebagai adik.
                                                                              Â
                                                                              """"
       "Ibunda apakah ibu ingat semasa kecil ada putri yang sangat cantik sering dekat denganku? Siapa namanya, Bu?" Naga Buana bertanya kepada ibunda ratu.  "Namanya putri Delima," jawab ibunda ratu cepat.  "Tadi malam ananda bermimpi seorang gadis datang kepada hamba dan memberikan bunga kepada ananda. Dia bilang dia adalah saudara kita. Selama ini ananda susah sekali untuk jatuh hati. Apakah jika bertemu putri Delima ananda bisa jatuh hati?"
      "Mudah-mudahan saja. Hanya saja kau akan memiliki istri dari kalangan rakyat biasa, karena ayahanda dan ibunda putri Delima bekerja sebagai prajurit dan dayang. Kakekmulah yang memberi gelar putri Delima karena dia punya suatu kelebihan."  "Kelebihan apa itu ibunda?" pangeran sulung bertanya kembali. "Ibunda juga kurang ingat, kalau tidak salah adalah siapa yang menikahinya, maka suaminya akan semakin terpandang."
                                   Â