"Ayahanda, putri Cempaka sudah menjatuhkan pilihan," tegas putri Cempaka yang telah dirayu oleh salah satu peserta, yang juga seorang bangsawan. "Ayahanda tahu anakku, putri Cempaka. Namun, ayah pinta kamu pikirkan baik-baik sekali lagi. Dan ingat yang terpenting itu budi pekertinya." Putri Cempaka tidak bisa bicara apa-apa lagi. Dia pasrah. Memang sikap dan tindak tanduknya mulai berubah. Selama bermingu-minggu ini putri memendam rindu kepada adik-adiknya, dan dia sadar sikapnya selama ini telah keliru. Setelah bersua ayahanda dan ibundanya, putri cempaka menemui adiknya, pangeran ketiga, pangeran Naga Gledek. Pangeran ketiga juga sangat merindukan keempat saudaranya.
      "Adinda pikir kakanda putri Cempaka apa yang dikatakan ayahanda dan ibunda mengandung maksud yang baik," pangeran ketiga , Naga Gledek, berasumsi. "Apa? Kamu juga mau membahas masalah sayembara itu, adikku?" "Setelah beberapa hari kerajaan belum menemukan orang yang tepat untuk mendampingi kakanda. Dan kakanda tidak boleh bersedih, pasti Allah sudah menyiapkan jodoh yang tepat untuk putri Cempaka." "Kalau begitu kakanda akan meminta petunjuk lagi kepada sang pencipta" "Itu adalah jalan yang benar kakanda. Dan perihal saudara kita, berhubung mereka masih akan lama di luar sana. Ada baiknya kita juga melakukan hal yang sama, hanya saja kita keluar cukup di daerah terdekat dari istana, sehingga kita juga bisa melihat keadaan rakyat. Kalau kakanda bisa menyisihkan waktu, adinda bersedia mengajak, sehingga kakanda juga bisa menenangkan hati dan pikiran sejenak"Â
BAB VI
BELAJAR SILAT DAN MENDAKI GUNUNG
      Keesokkan harinya putri Rembulan tiba-tiba saja diajak untuk belajar silat oleh Naga Swarna. Pertama-tama memang putri Rembulan enggan, karena menurutnya saat ini adalah saat yang tepat untuk menikmati udara segar dan pemandangan yang indah ciptaan Tuhan semesta alam. Namun, akhirnya putri bersedia karena alasannya untuk keselamatan diri, ditambah lagi Maulana sang pelaut mendukung dan memberi semangat. Â
      Putri Rembulan belajar dengan cepat. Kehebatan silat Naga Swarna semakin terlihat. Naga swarna dan Naga Swara mempertontonkan ilmu silatnya, sehingga semua orang merasa pulau peri elok turut terpukau. Jika pulau ini bisa bicara, maka pulau ini pun akan berkata bahwa ia sangat senang dikunjungi oleh para pemuda berbakat, terlebih orang-orang berbakat dari  Arab yang juga singgah. Situasinya menyenangkan sekali karena deburan ombak ikut menghibur para pemuda. Deburan ombak malu-malu dan ada pula yang berani menghampiri hingga ke bibir pantai. Pohon nyiur tak mau kalah, sekawanan nyiur berderet di kanan kiri kapal yang menepi, melambai-lambai, sehingga orang-orang yang di atas pasir putih terkena terpaannya, menampar pipi dan wajah dengan halus dan lembut.
      Para saudagar dari Arab tidak mau ketinggalan, keempatnya ikut serta berlatih. Pangeran Naga Swarna berhenti dan menghampiri pangeran sulung, yang sedang duduk di atas pohon yang sepertinya telah lama tumbang. Naga Buana sedari tadi memperhatikan para pengawal berlatih. Sekarang Naga Swarna memberikan tugas melatih putri Rembulan kepada adiknya Naga Swara. Meskipun demikian, pangeran Naga Buana mempunyai tugas juga terhadap putri Rembulan, karena nanti malam dia berencana mentransfer tenaga dalamnya ke putri Rembulan.
      Malam harinya pangeran pertama berkata, "Transfer tenaga dalam ini dilakukan agar kau lebih kuat dan mumpuni. Semua kehebatan tetap asalnya dari Allah, sang khalik," nasehat pangeran Naga Buana kepada adik perempuan satu-satunya yang ikut perjalanan bersamanya.  "Ananda mengerti," jawab putri Rembulan patuh. Semua orang berencana untuk mendaki tebing untuk melihat bagian lain pulau ini. Pangeran berharap putri Rembulan sudah cukup belajar dan berlatih, ketika rencana tersebut dilaksanakan.Â
     Â
       Latihan pun dilakukan lagi setelah fajar tiba, "Untuk mendaki tebing yang diperlukan adalah kegigihan dan kesabaran," kata pembuka Naga Buana sebelum latihan kedua. " Nanti kau akan dituntun oleh abang kedua  untuk mencapai tebing dengan ilmu terbang. Akan tetapi, kau harus tetap mendaki tebing dengan kakimu. Dengan latihan yang kau terapkan. Kau sudah cukup kuat melakukannya," jelas abang pertama. "Dikarenakan kami ini pemula.  Pendekar harus bertanggung jawab atas diri kami," kata pangeran Naga Buana sambil menahan senyum setelah memberi arahan kepada putri Rembulan . "Tenang.  Percuma ada tiga abang beradik yang berilmu tinggi. Namun, sesungguhnya medan sekitar gunung ini tidak terlalu mengerikan dibandingkan medan gunung-gunung lainnya, jadi cocok untuk pemula," balas sang pelaut cerdik.
      "Ya, semoga manfaat yang dikatakan Maulana ini bisa kita rasakan, maka kita tidak boleh lupa berdoa," putri Rembulan yang sedang berdiri di depan Maulana menimpali.  "Ya kalau di negeri Arab ada padang pasir begitu luas.  Para musafir harus berjuang menaklukkannya. Kalau di negeri yang indah ini, saat ini kita harus menaklukkan gunung  ini," Husein menuturkan pendapatnya. "Padang pasir mengandung banyak  tanya dan  kau pasti mau mencari jawabannya  Rembulan. Saya akan senang hati mempersuakan putri dengan padang pasir di Arab," tambah Husein lagi dengan senangnya. Pendekar Andi Maulana pun fokus melihat Husein dan Rembulan.  Â