Mohon tunggu...
Humaniora

Surga Tempat Bercahaya di Dalam Alam Keabadian Kisah Nyata Seorang Manusia yang Telah Mencapainya

13 Desember 2016   23:11 Diperbarui: 1 Januari 2017   07:10 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang sesekali aku teringat kepada keluargaku, tetapi aku tidak berani meminta untuk dapat melihat mereka semua. Karena saat ini aku sangat menyadari, bahwa apa yang akan didapatkan oleh setiap manusia tergantung kepada apa yang telah mereka lakukan, dan hal itupun tentunya berlaku pula untuk keluargaku.

Hal ini bukan berarti aku berlepas tangan terhadap mereka, aku telah melakukan upaya secara maksimal kepada mereka dahulu. Bagaimana keadaan mereka sekarang tentunya tetaplah tidak terlepas dari kekurang sempurnaan diriku sebagai manusia biasa dalam mengarahkan mereka. Selain juga karena langkah yang telah mereka pilih di dalam menjalani kehidupannya.

Aku sangat menyayangi keluargaku tetapi aku tahu aku tidak bisa berbuat apapun untuk mereka. Aku hanya berharap mereka menjalani kehidupan yang baik dan menempuh jalan yang benar, sehingga mudah-mudahan saja suatu saat mereka dapat menemukan jalan kebenaran yang sesungguhnya, yang dapat menghantarkan mereka untuk kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Selain memikirkan tentang keberadaan keluargaku, ada hal lainnya yang begitu besar keinginanku untuk mengetahui keberadaannya, yaitu bagaimanakah keadaan kehidupan bangsaku dan jalannya pemerintahan di negeriku. Apakah segala sesuatunya berjalan lebih baik dari apa yang telah terjadi sewaktu aku masih berada di dunia. Seandainya bisa, aku hanya berharap dapat menyaksikan kemakmuran bangsa dan negeriku. Sebagai manusia biasa dan sebagai bagian bangsa dari negeriku, aku hanya bisa mengharapkan yang terbaik untuk kelangsungan hidup bangsa dan negeriku itu.

Saat ini aku tidak bisa berbuat apapun, dan akupun juga tidak berani meminta untuk dapat menyaksikan keberadaan bangsa dan negeriku saat ini. Ya...mudah-mudahan saja, bila tidak saat ini mungkin satu saat nanti, bangsa dan negeriku akan mendapatkan yang terbaik dan dapat mencapai kehidupan yang penuh dengan kemakmuran.

Aku menyadari kemakmuran bangsa dan negeriku itu, hanya akan bisa terwujud dan terlaksana ditangan seorang pemimpin yang mempunyai tekad kuat dan membaktikan dirinya lahir batin, untuk kemakmuran bangsa dan negeriku. Seorang pemimpin yang memegang tampu kekuasaan karena dorongan hati dan petunjuk Yang Maha Kuasa. Dan bukan dikarenakan oleh keinginan materi dan kebutuhan dihormati oleh orang banyak.

Aku yakin suatu saat nanti, pastilah Yang Maha Kuasa akan memilih seorang manusia yang dapat membawa bangsa dan negeriku ini, kepada kemajuan dan kemakmuran yang seutuhnya. Sebagai manusia yang pernah menjadi rakyat dan bagian dari suatu bangsa, sangat wajar bukan aku mengharapkan semua itu, tentang datangnya sebuah anugerah yang akan menyinari bangsa dan negeriku itu.

Kembali kepada kehidupan dan aktifitasku di dalam Surga ini. Aku menghabiskan waktuku di dalam tempat tinggalku ini. Aku selalu menghabiskan waktuku untuk menghadap kepada Yang Maha Kuasa, walaupun aku telah berada di dalam Surga. Aku merasa apa yang telah kulakukan itu, bukanlah suatu kewajiban tetapi kebutuhanku untuk selalu menghadap kepada Yang Maha Kuasa.

 

Aku melihat para penghuni Surga lainnya, dimana aku berada, juga menghabiskan waktu mereka untuk menghadap kepada Yang Maha Kuasa. Tidak ada yang merasa jemu ataupun lelah, karena segala sesuatunya berjalan tanpa dirasakan beban sedikitpun.

Sekali waktu, aku keluar dari tempat tinggalku, melihat pemandangan alam di sekitarku, dan juga bertegur sapa dengan penghuni lainnya yang berdekatan denganku. Hanya sebatas itu, kemudian akupun masuk kembali, dan yang lainnya pun kulihat juga sama sepertiku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun