Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gadis Barista (Bagian 9 - 10)

31 Desember 2023   14:30 Diperbarui: 31 Desember 2023   14:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Ngga kok Mba, kayaknya Saya ngga bisa tidur. Pusing banget, nyut-nyutan.."

"Kamu ngga bawa obat ya di tas? Saya ada obat sakit kepala, kalau mau coba ngga apa-apa."

"Ngga usah Mba, nanti Saya coba istirahat aja dulu. Kalau masih sakit juga, Saya ke dokter sama papa."

"Hmm.. Ya sudah. Bisa jadi kurang tidur Mel, atau makannya kurang teratur. Kalau belum sempat makan paling ngga ngemil, apa gitu.. Kan Saya ngga ngelarang kalian ngemil, hehe.. Tapi lihat-lihat, jangan pas ada customer. Perut kosong juga bisa lho bikin sakit kepala." panjang lebar Mba Lidya menceramahiku, tapi tidak apa-apa, aku sama sekali tidak keberatan mendengarkan semua ucapannya.

Namun aku hanya sanggup menanggapinya singkat, "Iya Mba, makasih ya.."

Selanjutnya aku pun mengarahkan jalan ketika Mba Lidya minta dipandu sesekali. Sepanjang sisa perjalanan, kami tidak berbincang-bincang lagi tentang hal lain. Mba Lidya fokus pada kondisi jalan raya saat ini. Syukurlah malam ini jalanan menuju rumahku cukup lengang.

Kami telah sampai di depan rumahku, Mba Lidya memarkirkan mobilnya agak menjorok mendekati sisi pagar. Tampak papa dari ujung teras sedang berdiri memanjang-manjangkan lehernya memandang ke arah kami, beliau penasaran mobil siapa yang parkir menutupi sebagian pagar rumahnya.

Mba Lidya telah mematikan mesin mobilnya,

"Bisa Mel? Mau Saya pegangin?"

"Bisa Mba.. Ngga apa-apa." aku berusaha bangkit dari tempatku sembari memegang jaket dan tas yang telah ku selempangkan beberapa menit lalu. Aku pun membuka pintu mobil perlahan, berbarengan dengan Mba Lidya yang juga membuka pintu sebelah kanannya. Kini kami telah berada di luar, Mba Lidya melangkah cepat menghampiriku yang berjalan sangat lambat nyaris tertatih.

Dia tetap memegangi tangan kananku, membantuku agar dapat berjalan seimbang. Padahal tadi aku sudah menolak untuk dipegangi. Papa menyadari kehadiranku, gerakannya mungkin agak lambat karena dari jauh wajahku belum terlihat pucat. Ketika aku semakin mendekat padanya, lantas papa cepat menghampiriku dan menanyakan aku kenapa. Namun Mba Lidya sigap menjawabnya sebelum aku membuka mulut.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun