Syukurlah, tidak semua pakaian menjadi basah lagi karena hujan. Hanya sempat terkena hawa dinginnya saja. Kini hujan telah berangsur reda, semua pakaian yang telah ku lipat itu ku tumpuk sementara di atas karpet, depan lemariku.
Tampaknya pengisian baterai laptopku telah rampung. Aku mengecek warna lampunya lalu kemudian mencabut kabel listriknya. Ku simpan laptop beserta kabel chargenya ke dalam tas berwarna abu-abu. Aku baru ingat kalau sejak siang tadi, aku belum makan nasi. Hanya ngemil kue kuping gajah ketika asyik menonton film drama.
Aku memutuskan untuk segera makan nasi sebelum sakit perut atau sakit kepala menyerang ku lagi. Ku tinggalkan kamar dengan membawa setumpuk tinggi pakaian yang tadi ku lipat. Aku meletakkan mereka pada sebuah keranjang berbahan plastik yang berada di kamar setrika, di samping kamar Mama. Sebetulnya kamar itu dapat digunakan jika ada sanak saudara yang ingin menginap di rumah kami, namun karena intensitasnya jarang sekali, maka kami memanfaatkan kamar itu sebagai tempat menyetrika pakaian.
Sampai di meja makan, tanpa berlama-lama aku langsung mengambil seporsi nasi dengan lauk dan siraman sayur. Tidak lupa sebotol air mineral juga ku ambil dari dalam kulkas. Lagi-lagi aku menuju ke kamar. Ku nikmati santapan sore itu diiringi alunan lagu-lagu pop yang ku putar lagi dari ponselku.
Tampak hari sudah semakin gelap, aku menutup jendela serta gorden kamarku lalu ku nyalakan lampu neon yang sinarnya memancar dari tengah-tengah langit kamar.
Pukul enam lewat lima belas menit, petang. Terdengar suara motor Henry berhenti di luar sana, di depan pagar rumahku. Aku bergegas ke pintu depan lalu keluar hingga di ujung teras lalu mempersilahkan Henry membawa motornya masuk ke pekarangan. Dengan sedikit berteriak padanya, aku memanjangkan leherku ke arahnya.
"Mas.. Motornya masukin sini aja.."
Dia yang sejak tadi memang belum turun dari atas motornya lantas turun dari atas motornya dan membuka pintu pagar. Dia pun membawa masuk motornya hingga terparkir di pekarangan depan, tidak jauh dari tempat kami akan duduk di teras.
"Ngga kehujanan?"
"Ngga kok, tadi cuma gerimis dari sana." Henry turun dari motornya dan menghampiriku di teras.
"Cepet juga ya, Senin macet banget biasanya. Ngebut ya?" tanyaku sambil menggaruk-garuk kepala kanan. "Eh tunggu ya, aku ambil minum sama kue." aku pun berlalu ke dapur mencari setoples kue yang tadi dibilang Mama.