Mba Lidya pun langsung pamit pada papa, mama dan juga aku. Bahkan dia mengatakan, "Kalau besok belum bisa kerja, ngga usah masuk dulu Mel."
Aku sudah mulai bisa berpikir jernih, "Besok kan Senin Mba, Saya libur."
"Oh.. Iya? Ya sudah istirahat deh. Cepat sembuh ya Mel."
Mba Lidya pun pergi meninggalkan rumah kami, diantarkan oleh papa sampai di depan mobilnya. Kami sekeluarga juga sangat berterima kasih padanya.
Aku benar-benar merasa semakin tidak enak pada Mba Lidya. Aku telah merepotkannya hari ini. Aku harap sakit kepalaku ini cepat berakhir sehingga tidak merepotkan dan membuat panik banyak orang lagi.
Selepas Mba Lidya pergi, aku menghabiskan makanan yang disiapkan tadi oleh Mama. Serta meminum obat sakit kepala setelahnya. Aku segera masuk ke kamar ditemani oleh Mama. Sakit kepalaku belum sepenuhnya mereda, sehingga aku langsung merebahkan tubuhku di ranjang.
"Ma, aku belum cuci tangan, cuci muka.."
"Masih sakit banget ya kepalanya? Mama elapin aja ya pake lap handuk basah?"
"Hmm.. Iya Ma.."
Mama meninggalkanku sebentar ke dapur untuk mempersiapkan lap handuk basah yang akan digunakannya untuk mengelapi wajah dan tanganku. Aku memejam-mejamkan mata, namun aku masih belum tidur karena menunggu Mama kembali.
Beberapa menit kemudian Mama kembali dengan membawa sebuah baskom kecil berwarna merah, di dalamnya diisi air dan terdapat sebuah handuk kecil yang telah terendam. Dengan telaten Mama membantu mengganti pakaian dengan daster lalu beliau duduk di ujung tempat tidur, membersihkan dahulu seluruh bagian wajahku dengan lap handuk yang sudah diperasnya. Sebelum beliau melanjutkan membersihkan tanganku, aku pun mengingatkannya, "Ma, ganti airnya. Itu kamar mandi."