Aku teringat Henry, aku pun membalas pesannya kemarin malam.
"Hai Mas, maaf ya baru bisa balas. Kemarin sore aku sakit, sekitar jam enam sore Mba Lidya anter aku pulang. Ada apa telpon aku?"
"Kamu sakit apa? Aku telpon karena kamu ngga balas pesan aku. Aku kira kamu marah sama aku."
Hmm.. Dia tidak berkomentar apapun mengetahui Mba Lidya yang mengantarku pulang kemarin. Baiklah.
"Kepalaku yang sakit, tapi sekarang sudah membaik. Lho kenapa aku mesti marah sama kamu? Kamu merasa punya salah apa sama aku? Hehe."
"Bagus lah kalau sekarang sudah baikan. Ya, semenjak aku anter kamu pulang dari acara Faris, kita kan belum kontek lagi. Mungkin ngga sengaja aku bikin salah sama kamu."
"Oh.. Ngga kok Mas. Santai aja. Kamu di kantor ya? Kebetulan aku emang libur hari ini, jadi ngga perlu izin ngga masuk."
"Iya aku di kantor. Ya sudah jangan main kemana-mana dulu Mel, hari ini istirahat aja di rumah. Maaf aku lanjut kerja dulu ya."
Hmm.. Baguslah dia sendiri yang mengakhiri percakapan kami. Tumben, biasanya dia banyak bicara. Mungkin sekarang dia sedang benar-benar sibuk dengan pekerjaannya. Aku melangkah ke dapur untuk mencuci gelas kotor yang ku pegang. Tampak Mama sedang duduk di kursi panjang, menonton tayangan televisi. Sebelah kakinya dilipat ke atas kursi, tangannya memeluk sebuah bantal bundar berukuran kecil.
"Sudah bangun Mel?"
"Mama tahu aku tidur lagi?"