"Mel, besok kamu sudah bisa masuk kerja?"
"Hmm.. Iya Ma, besok aku jalan pagi. Sudah ngabarin ke teman ku."
"Kalau belum fit bener, jangan dipaksain ya!"
"Iya Ma.. Tenang aja." aku tersenyum lembut menoleh kepada Mama.
Lima belas menit menunggu papa, akhirnya beliau tiba. Tampak papa dari balik pagar mengenakan jas hujan berwarna abu-abu serta helm silver kesayangannya. Beliau turun dari motor, sejenak membuka pagar. Menggiring motornya hingga masuk sepenuhnya ke dalam pagar, kemudian menutup pagarnya kembali. Barulah beliau memacukan motornya hingga sebatas samping teras.
Aku berdiri dari tempat dudukku, mencium tangan papa. Begitu pun dengan Mama. Tanganku siap menadahkan jas hujan yang sedang dibuka oleh papa. Satu per satu mulai bagian atasan lalu bawahannya. Kini sepasang jas hujan abu-abu itu telah berada di kedua tanganku. Aku mengibas-ngibasnya lalu menjemurnya di samping, aku masuk lewat pintu samping yang berada di sebelah kanan motor papa.
Hmm.. Suara papa dan mama sudah semakin menjauh terdengar di telingaku. Pasti mereka meninggalkanku ke dalam. Benar saja, ketika aku sampai di teras keduanya telah masuk ke dalam rumah. Aku membawa kembali botol satu liter ku untuk langsung masuk ke dalam kamar.
Sudah pukul setengah sembilan malam, aku menguap saat mataku sedang menatap jam dinding dalam kamarku. Aku mengambil posisi tidur. Tanpa butuh waktu lama, mataku langsung terpejam sepenuhnya. Pasti papa dan mama akan mencari keberadaanku. Biarlah.. mungkin mereka pikir aku telah hilang di bawa penculik ke planet lain saat menjemur jas hujan di samping. Namun mereka akan menemukan jawabannya jika mencari ke dalam kamarku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H