"Iya tadi Mama ke kamar, lihat kamu tidur ya Mama diemin aja. Biar istirahat."
Seusai kembali dari dapur, aku duduk di samping Mama. Hmm.. Tiba-tiba aku ingin menceritakan sesuatu tentang Mba Lidya. Aku tidak peduli pada tanyangan televisi yang sedang ditonton Mama, aku mulai mengajaknya bicara.
"Ma, Mba Lidya cantik ya?'
"Iya, kelihatannya juga ngga sombong ya.."
"Hmm.. Dia baik sama semua anak buahnya di kedai."
"Kenapa Mel? Anak Mama juga cantik kok." seraya tersenyum dan tangan kanannya mengusap lembut kepalaku.
"Hmm.. Mba Lidya itu dulu pernah pacaran sama Henry."
"Hah? Gimana ceritanya bisa gitu?" Mama yang sedang duduk mulai menggeser tubuhnya lebih dekat denganku. Beliau terkejut seolah tidak percaya pada ucapanku.
"Iya dulu waktu mereka masih kuliah. Dunia sempit ya Ma? Sekarang mereka sudah sering ketemu lagi."
"Kenapa mereka putus? Sudah lama putusnya?"
"Iya putusnya emang sudah lama, tapi begitu mereka ngga sengaja ketemu lagi di kedai, kata Henry, Mba Lidya hubungin dia lagi dan ngerasa nyesel sudah ninggalin dia. Ternyata sampe sekarang Mba Lidya masih sayang sama Henry."