Mohon tunggu...
Novia Respati
Novia Respati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Senang menulis dan memasak 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Gadis Barista (Bagian 9 - 10)

31 Desember 2023   14:30 Diperbarui: 31 Desember 2023   14:33 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Sip deh.. Sudah sembuh berarti Mel?"

"Iya Yon, sudah sehat kok."

"Oke deh, sampai jumpa yo!" jawab Dion mengakhiri percakapan kami lewat pesan singkat.

Sepertinya di luar gerimis lagi, terdengar suara percikan air menetesi kaleng pot tanaman papa di samping kamarku. Aku pun mengintip dari balik gorden. Benar saja, aku tidak bisa mengkategorikan ini sebagai gerimis atau hujan. Kalau dikatakan gerimis, air yang menetes cukup banyak. Namun jika dikatakan hujan, airnya masih kurang banyak. Hmm.. Baiklah mungkin lebih pantas dikatakan sebagai hujan ringan. Airnya menetes bersamaan dengan tempo yang sangat lamban, terasa tenang jatuhnya.

Aku keluar dari kamar membawa botol kosong berukuran satu liter, untuk kemudian ku penuhi kembali air di dalamnya. Di tengah desiran hujan ringan, tampak Mama sedang menonton televisi sambil memakan bolen pisang pemberianku, oh maaf.. pemberian Henry lebih tepatnya.

"Mama, burungnya kedinginan ngga tuh di samping?"

"Biarin, Mama sudah geser kandangnya di bawah atap. Kalau mau, kamu selimutin aja gih!".

Setelah memenuhi botol satu liter tadi, aku menggendongnya di tanganku, setengah memeluknya. Ku tatap jam dinding di atas meja televisi, sudah pukul delapan malam kurang sepuluh menit.

"Ma, duduk teras yuk.. Sebentar lagi papa pulang kan?"

"Yuk.." Mama bangkit dari kursi seraya mematikan televisi dan berjalan beriringan denganku menuju ke teras. Aku merangkul tubuh mama yang sedikit lebih pendek dariku.

Aku langsung membuka pintu depan. Hawa lembut tercium, semerbak wangi tanah yang diguyur hujan. Hmm.. Tenang sekali rasanya, aku suka bau hujan. Kami pun duduk di kursi bundar, nyaris bersamaan. Ku letakkan sementara botol yang kubawa di atas meja bundar. Masing-masing kedua mata kami memandang ke depan, ke arah rerumputan hijau yang tertetesi oleh air dari langit. Suaranya terdengar indah, sangat alami.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun