(a)  citra dan konsep pengarang dan pada waktu tertentu,Â
 (b)  faktor penerjemahan,Â
 (c)   faktor penerimaan (receiving factor),Â
 (d)  suasana dan situasi sastra pada masa tertentu.
Dan yang Ketiga, penelitian sastra dalam keseluruhan sastra dunia, sastra umum dan sastra universal. Istilah sastra bandingan disamakan dengan studi sastra menyeluruh. Istilah sastra dunia menyiratkan bahwa yang dipelajari adalah sastra lima benua, mulai dari Selandia Baru sampai Islandia. Sastra umum mempelajari gerakan dan aliran sastra yang melampaui batas nasional. Konsepsi sastra universal melihat bahwa sastra tetap perlu dilihat sebagai suatu totalitas.
Menurut Rachmat Djoko Pradopo (2002 : 21),  terdapat metode kritik sastra yang secara umum digunakan oleh kritikus sastra : yakni metode struktural,metode perbandingan,metode sosiologi sastra,dan metode estetika resepsi. Namun metode yang akan digunakan pada  penelitian ini adalah metode perbandingan. Sastra bandingan adalah suatu disiplin ilmu yangmemiliki metode yang mencangkup berbagai aspek yaitu tema, jenis/bentuk, keterhubungansastra dengan disiplin dan media seni lainnya. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam kajiansastra bandingan diperlukan pendekatan dalam mengkaji karya sastra yang satu denganlainnya. Dengan membanding-bandingkan karya sastra dengan menggunakan suatu pendekatan, akan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai persamaan dan perbedaan.
Metode perbandingan disini diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan hasil pemahaman makna karya sastra dengan jalan membandingkan dua karya sastra atau lebih yang menunjukkan adanya persamaan atau perbedaan tema, struktur, atau pun gaya. Dalam metode perbandingan ini dapat pula dikaitkan dengan teori intertekstual yang berprinsip terdapatnya persamaan atau pun perbedaan dalam satu genre sastra dari yang lam ke yang baru atau dari karya sastra yang terdahulu dan karya sastra yang kemudian, baik strukturnya, unsur-unsur pembentuk struktur , maupun gaya yang digunakannya. Perbandingan dapat dilihat dari jalur kesejajaran teks, tematiks teks, genre teks, dan genetik teks.
Menurut Suwardi Endaswara(2014), sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya, atau cabang ilmu pengetahuan yang terkait dengan pola-pola hubungan di dalam kesastraan antara yang satu dengan yang lain, yang mencakup ruang dan waktu. Konsep ini, memuat tiga hal penting, yaitu: (a) sastra bandingan berupa bandingan teks antar budaya yang berbeda, (b) menemukan pola hubungan antar teks yang memuat estetika bermakna, (c) membanding karya sastra dari waktu dan ruang yang berbeda. Ketiga hal ini merupakan jalur utama sastra bandingan, untuk mengungkap variasi teks sastra.
 Harus diakui, bahwa kebanyakan orang tidak memulai dengan sastra bandingan, untuk mengungkap kejernihan teks, namun mereka memulainya dengan jalan ilmu sastra lain, yang berawal dari poin-poin yang berbeda. Akibatnya, hubungan antar teks sering terabaikan, sehingga ada klaim bahwa semua ide selalu murni. Padahal, sesungguhnya kalau mau menyadari tak ada satu pun ide yang murni seratus persen. Kadang-kadang perjalanan sastra dimulai dengan suatu keinginan untuk bergerak di luar batasan-batasan dari suatu bidang hal tersebut. Pada saat tertentu seorang pembaca bisa terdorong untuk ikut pada apa yang muncul dan menjadi persamaan antara pengarang-pengarang teks dari konteks budaya yang berbeda. Misalnya saja dengan membaca, setelah kita mulai membaca kita bergerak ke arah pembatasan teks, pembuatan kesatuan dan hubungan, dan terpengaruh olehnya. Biarpun kita tidak lagi membaca sastra di dalam ruang terbuka, pengaruh selalu akan muncul dengan sendirinya.Â
Subjek yang tepat dalam sastra bandingan adalah sejarah yang berkaitan dengan kesusastraan dimana sastra sebagai suatu medium integral yang terpisah. Subjek sastra bandingan seyogyanya melukiskan pemikiran yang jelas, suatu ungkapan kelembagaan yang umum bagi umat manusia; yang dibedakan, untuk memastikan, kondisi-kondisi sosial individu, dengan pengaruh-pengaruh rasial, historis, ilmu bahasa dan budaya, peluang, dan batasan, hanya dengan tak mengindahkan usia atau (samaran/kedok), yang dirasa oleh pancaindera secara umum, fisiologis dan psikologis, dan mematuhi hukum adat dari material dan gaya, dari setiap dan umat manusia sosial. Jika demikian, subjek sastra bandingan begitu kompleks, emmuat berbagai hal.Â
Yang menarik, studi sastra bandingan menjadi tidak jauh berbeda dengan mengeksplorasi perubahan-perubahan dan perkembangan serta hubungan timbal balik dari tema atau gagasan yang berkaitan dan berhubungan dengan sastra dan menyimpulkan bahwa tidak ada suatu studi yang lebih baik dibanding riset-riset dari jenisnya. Peristiwa jalin-menjalin antara sastra dengan bidang lain, sulit ditolak. Hal ini dapat digolongkan dalam kategori suatu pengetahuan yang tidak lepas dari sejarah umum dan sejarah kesusastraan. Keduanya telah memunculkan sejarah sastra bandingan yang begitu panjang. Pendek kata, sastra bandingan secara konsepsional memang bersifat cair, bisa berubah setiap saat. Seluruh aktivitas sastra bandingan, selalu bertumpu pada teks sastra. Teks itu bersifat terbuka, penuh muatan, sehingga membuka kemungkinan sastra bandingan dalam arti sempit dan luas.