- 18 tahun kemudian -
"Pak, alhamdulillah Amitha lulus. Terima kasih atas semuanya. Jasamu takkan bisa saya lupakan. Saya akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Saya juga mendoakan supaya istrimu lekas kembali ke pelukanmu. Saya akan membalasnya perlahan. Sekarang, saya izin pamit ke pulau itu untuk sementara waktu. Saya akan kembali secepatnya dan mengabdikan diri sebagai seorang dokter ternama dikota ini", ucap Amarta.
"Terima kasih juga telah merawatku selama ini. Maaf kalau aku seringkali merepotkanmu karena masa tuaku yang sebatang kara ini. Aku sangat bahagia dengan kelulusanmu. Semoga gelar doktermu itu akan selalu bermanfaat bagi semua orang. Hati hati diperjalanan, cepat kembali kesini. Aku menunggumu", ucap pak Glend.
Amarta pun bersiap dan bergegas pergi ke sanubari jiwanya itu. Sesampainya disana, dari kejauhan terlihat dua gubuk yang berdiri disana. Amarta meneteskan air mata. Amarta sangat merindukan semuanya.Â
Amarta mendekati gubuk kosong itu dan sesekali membelai gubuk itu dengan penuh ketulusan.
"Hai semua, aku kembali. Lihatlah aku telah menepati janjiku agar kembali setelah mencapai kejayaanku. Aku seorang dokter. Dokter Amitha", teriak Amarta.
Sejak pak Glend menamai Amarta sebagai Amitha, hingga sekarang nama Amarta adalah Amitha, bukan Amarta.
Tak hanya ke gubuk, Amarta juga pergi ke goa itu, tempat pertamanya dalam menapaki ilmu pengetahuan. Tampak buku-buku dan mainan yang sudah usang dan penuh dengan debu.Â
Amarta membuka sebuah buku dan menyeka sedikit debu diatas sampulnya, terselip secercah surat didalamnya. Amarta membaca surat itu.
'Amarta Nadia Tamara, putriku tercinta'
Kau tau?