Mohon tunggu...
Nadziraturrahma
Nadziraturrahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

fill your life with happiness

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sanubari Jiwa Amarta

1 Maret 2022   19:11 Diperbarui: 1 Maret 2022   19:12 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende


"Kemana saja kau? Aku merindukanmu, namun aku sangat membencimu. Mengapa saat itu kau tinggalkan aku begitu saja? Aku membutuhkanmu", ucap Amarta sambil melepas paksa dekapan hangat dari perempuan itu.

"Maafkan aku nak, aku tak mau terus merepotkanmu karena kebutaanku ini", jawabnya.

"Tapi, walaupun kau buta aku belajar banyak hal darimu. Aku pandai karenamu", ucap Amarta.

Amarta merasa hangat. Tanpa ia sadari, tetesan demi tetesan air bening itu jatuh dari kedua bola matanya. Seperti biasa, Amarta selalu merasa hangat jika berada disamping wanita itu, terlebih lagi didalam dekapannya.

"Tapi aneh, mengapa aku bisa melihat semuanya? Aku bisa melihat dunia kembali?", tanya wanita itu dengan penuh kebinggungan.


"Ini dunia. Kau ditakdirkan untuk melihat dunia ini kembali. Ada pendonor mata yang bahkan rela mati untukmu", jawab Amarta.

"Siapa?", tanya wanita itu.

Lalu, Amarta mengendong wanita itu menaiki kursi roda dan perlahan mendorongnya menuju ruangan pendonor.

"Ka..kamu? Mas Glend?", ucap wanita itu tersentak kaget.

"Hai An, ini aku. Aku menemukanmu tergeletak pingsan dipinggir gerobak sampah. Sebenarnya, beberapa hari terakhir ini aku telah menemukanmu, dan sering mengikutimu dari belakang. Kau buta. Mengapa An? Mengapa kau tak curahkan isi hatimu itu kepadaku? Mengapa kau tanggung sendiri masalah itu?", tanya pak Glend.

"Aku hanya tak ingin putri kita merasakan kejamnya dunia akibat ulahku", jawab wanita itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun