Mohon tunggu...
Nadziraturrahma
Nadziraturrahma Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - XII MIPA 4

fill your life with happiness

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sanubari Jiwa Amarta

1 Maret 2022   19:11 Diperbarui: 1 Maret 2022   19:12 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Tampak juga proses persalinan kelahiran seorang bayi mungil yang sangat rupawan diiringi teriakan seorang ibu untuk melahirkan satu nyawa ke dunia ini. Sayangnya, wajah yang ditampilkan dikamera itu tidak terlihat jelas.

"Ayah..Ibu..", ucap Amarta memanggil ayah dan ibunya sambil terisak tangis yang sangat dalam.

Setelah mengetahui semua itu, Amarta pun memutuskan untuk kembali pergi ke kota dengan membawa surat dan kamera itu.


"Maafkan aku pulau, aku harus kembali lagi ke kota untuk memecahkan sebuah teka-teki ini. Aku berjanji, aku akan kembali dengan membawa kedua orang tuaku kesini bersamaku", tutur batin Amarta.

Amarta perlahan meninggalkan pulau itu dengan tatapan yang kosong. Batinnya sangat rapuh, hatinya tertusuk, benaknya tertikam. 

Namun, Amarta lagi dan lagi harus menjadi perempuan yang tangguh demi mencari sebuah kebenaran ini.

"Ya Allah, sang maha segalanya, kuatkanlah insan yang lemah tak berdaya ini. Bantu aku ya rabb", pinta Amarta kepada Tuhan-Nya.

Sesampainya dikota, Amarta mencoba untuk tegar dan menjalani kehidupannya seperti sediakala sambil mencari informasi tentang teka-teki hidupnya itu. Gadis itu sangat pemberani, semangatnya benar-benar membara.

Terlihat dipenghujung rumah sakit itu beberapa insan terpaku, tergeletak tak bedaya, dan yang lainnya berlumuran air bening yang membanjiri sekujur tubuhnya.


Amarta terdiam, dadanya ikut terisak sejenak melihat mereka, raganya membeku, batinnya teriris.

"Dokter, ada seseorang yang harus dioperasi. Aku butuh bantuanmu", ucap seorang perawat menghampiri Amarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun