Ternyata, ayah Amarta terkena serangan jantung mendadak. Sebenarnya pak Glend sudah sejak lama menderita penyakit jantung, dia mengalami pembengkakan jantung. Amarta lah yang selalu merawatnya. Amarta adalah saksi kesakitan dan kebangkitan pak Glend selama beberapa tahun ini.
"Periku? Apakah kau disini? Dekaplah hangat ayahmu ini nak, maafkan ayah", ucap pak Glend sambil meraba-raba sekitar.
"Aku mohon, panggil aku dengan sebutan ayah untuk terakhir kalinya", ucap pak Glend.
"A...ayah", ucap Amarta.Omongan itu seketika keluar dari bibir mungil Amarta.Â
Amarta pun langsung memeluk erat keras ayahnya itu.
Ketika Amarta hendak melepas dekapannya, ayahnya sudah tak bernyawa. Ayah Amarta telah menghadap sang ilahi. Cinta pertama Amarta memang telah pergi dari dunia, namun jiwanya akan tetap abadi dihati Amarta.
Kedua raga saling mendekap, namun raga yang lainnya bisu, membeku seperti mayat yang takkan pernah lagi kembali ke dunia ini.
Anantha pun langsung menumpahkan seluruh air matanya dan memeluk erat anak dan suaminya itu.
"Selamat jalan patriotnya Amarta. Beristirahatlah dalam damai, ayah", ucap Amarta dengan sekujur air matanya.
"Selamat jalan mas, tokoh utama yang selalu menjadi bagian favorit dihidupku, kau takkan bisa tergantikan oleh siapa pun, kau akan tetap abadi diruang jiwa dan ragaku", ucap Anantha.
Setelah proses pemakaman ayahnya yang dipenuhi dengan keluh dan air mata. Amarta dan Anantha pergi kembali mengunjungi pulau terpencil itu. Disana telah terukir kenangan indah bersama kedua orang tua Amarta.