"Disinilah aku belajar", ucap Amarta.
"Lalu, bagaimana caramu belajar membaca? Siapa yang mengajarinya?", tanya pak Glend.
"Sebelum dirimu, pernah ada seorang wanita buta datang menghampiri pulau terpencil ini. Dia bilang anak perempuannya telah meninggal dunia akibat tenggelamnya kapal yang ditumpangi anaknya tersebut. Dia kesini untuk mengenang anaknya itu. Dialah yang mengajariku banyak hal, mulai dari membaca, menulis, dan lain sebagainya. Darinya, aku ingin menjadi seorang dokter terkenal. Namun, pada suatu pagi ketika aku terbangun dari tidurku, dia menghilang begitu saja bak ditelan bumi tanpa meninggalkan jejak apa pun. Aku sudah menganggapnya sebagai temanku, tapi dia pun juga pergi meninggalkanku. Hingga cita-citaku untuk menjadi seorang dokter pun aku lupakan. Aku terpukul karena kepergiannya, aku harus menjalani hidup seorang diri lagi. Aku sangat menyanyangi dan merindukannya namun aku sangat membencinya", ucap Amarta.
"Namun, apa yang membuat kau datang ke pulau terpencil ini?", tanya Amarta.
"Aku mencari istriku yang sudah lama menghilang. Sungguh, aku sangat merindukannya", jawab pak Glend.
Ia meneteskan air mata lalu langsung melenggos pergi dengan sepatah dua patah katanya itu.Ia pergi menuju laut dan membasuh wajahnya.Â
Setelah itu, ia kemudian membentangkan sebuah kain dan melakukan sebuah gerakan diatasnya yang membuat Amarta binggung. Amarta memandangi dan mengamati gerakan itu sampai selesai.Â
Aneh, melihatnya membuat hati dan pikiran Amarta menjadi tenang, sangat tenang.
"Gerakan apa itu?", tanya Amarta.
"Aku baru saja melaksanakan sholat", jawab pak Glend.
"Sholat? Apa itu sholat?", tanya Amarta.